TEMPO.CO, Jakarta - Pemain divisi utama Liga Inggris dikabarkan akan menolak pemotongan gaji yang diberlakukan oleh klub mereka karena krisis finansial akibat pandemi virus corona. Seluruh dari 20 kapten tim divisi utama Liga Inggris dikabarkan tengah membahas rencana penolakan tersebut.
Media Inggris The Sun mengabarkan bahwa para kapten tersebut telah membentuk grup di aplikasi percakapan WhatsApp untuk menyamakan suara terkait rencana pemotongan gaji yang akan dilakukan klub mereka.
Dalam percakapan tersebut, menurut laporan itu, seorang kapten menyebut rencana pemotongan gaji tersebut merupakan hal yang menjijikan. Mereka juga membahas pernyataan Menteri Kesehatan Inggris, Matt Hancock, yang meminta pemain Liga Inggris berkantong besar untuk mendonasikan sebagian pendapatannya untuk membantu penanganan pandemi virus corona.
Komentar Hancock itu membuat marah sebagian besar kapten tim di divisi utama Liga Inggris. Sebagian dari mereka menyatakan telah memberikan bantuan meskipun tak diminta oleh Pemerintah Inggris.
Para kapten itu pun tengah membahas langkah apa yang akan mereka lakukan jika nantinya klub memberlakukan pemotongan gaji mereka.
Tak hanya itu, sebuah pembicaraan melalui konferensi video yang melibatkan setidaknya 60 pemain juga telah dibuat. Pemain Manchester City Kevin de Bruyne, Kapten Watford Troy Deeney, dan Kapten West Ham Mark Noble disebut sebagai tiga pemain yang paling bersuara kencang soal pemotongan gaji dalam pertemuan tersebut.
Mereka disebut menyatakan lebih baik memberikan sebagian gaji kepada pihak National Health Service (NHS) ketimbang memberikan uang kepada pemilik klub yang sudah sangat kaya.
Asosiasi Pesepakbola Liga Inggris (PFA) pun tampak mendukung upaya para pemain untuk menolak pemotongan gaji tersebut. PFA menyatakan bahwa pemotongan gaji yang rencananya akan diberlakukan selama 12 bulan ke depan akan membuat Pemerintah Inggris kehilangkan pendapatan pajak yang sangat besar.
"Rencana pemotongan 30 persen gaji selama 12 bulan bisa membuat pemerintah kehilangan pendapatan pajak lebih dari 200 juta pound sterling," bunyi pernyataan PFA.
Kehilangan pajak tersebut, dikhawatirkan akan berdampak besar dalam hal pelayanan publik, termasuk dalam hal menangani pandemi virus corona.
Klub-klub Liga Inggris hingga saat ini memang belum memotong gaji para pemain mereka akibat krisis finansial yang disebabkan oleh pandemi virus corona. Klub seperti Liverpool, Tottenham Hotspur, Newcastle United, Borunemouth dan Norwich City baru memotong gaji para staf mereka namun tidak untuk pemain mereka.
Pihak klub disebut khawatir pemotongan gaji terhadap pemain akan berujung panjang. Pemain bisa melakukan mogok masal hingga mengajukan gugatan dan akhirnya berujung pada pemutusan kontrak para pemain.
Menurut laporan di media yang sama, klub-klub besar Liga Inggris sebenarnya memiliki kekuatan finansial yang cukup untuk menanggung beban para pemain mereka. Pasalnya, musim lalu mereka meraup keuntungan besar.
Menurut laporan lainnya, Asosiasi Klub Liga Inggris pun akan menggelar pertemuan untuk membahas sikap para pemain yang tak mau gajinya dipotong.
Liga Inggris sendiri masih belum jelas kapan akan dimulai kembali. Dalam pertanyaan bersama FA (PSSI-nya Inggris), Otoritas divisi utama Liga Inggris (PL), otoritas divisi kedua Liga Inggris (EFL) dan PFA pekan lalu mereka sepakat untuk memperpanjang pembekuan kompetisi. Liga Inggris baru akan bergulir kembali jika kondisi pandemi virus corona telah mereda dan keadaan memungkinkan, tanpa ada tanggal yang jelas.
THE SUN| MIRROR