TEMPO.CO, Jakarta - Barcelona menjamu Leganes pada pertandingan pekan ke-29 La Liga Spanyol musim 2019-2020, Rabu dinihari, 17 Juni, di Camp Nou tanpa penonton. Pada menit ke-66, Lionel Messi membawa bola dari tengah lapangan sampai mendekati kotak penalti Leganes. Bek Leganes, Bustinza, segera menghadang.
Tapi, Messi menggiring bola untuk melewati hadangan Bustinza. Pemain Leganes berikutnya, Ruben Perez, datang menyergap. Tapi, Messi menendang bola menerobos kedua kaki Perez alias pemain Leganes itu dikolongi Messi.
Memasuki kotak penalti Leganas, ikon Barcelona itu bertukar umpan dengan Luis Suarez. Seperti tak ada jalan lain buat pemain Leganes selain menjatuhkan Messi dan penalti.
Pemain hebat dalam sejarah sepak bola selalu menampilkan pertunjukkan tunggal yang mempesona di tengah-tengah konser besar 11 melawan 11 orang di lapangan hijau yang merupakan panggung pertunjukan olahraga paling populer di dunia ini.
Pada final Piala Dunia 1974, 7 Juli, antara tuan rumah Jerman Barat dan Belanda di Olympiastadion Munich, kapten tim nasional Oranye, Johan Cruyff, melakukan aksi yang mirip dengan yang diperbuat Lionel Messi di Camp Nou, 17 Juni 2020.
Ketika pertandingan baru berjalan dua menit, Johan Cruyff, merangsek memasuki kotak penalti Jerman berat dengan pergerakan kilat seperti seekor kijang.
Salah satu pemain bek Jerman Barat, Berti Vogts, tak melihat ada jalan lain, kecuali menjatuhkan Cruyff dengan sliding tackle yang terlambat dan penalti.
Barcelona menang 2-0 dan Belanda kalah 1-2 pada dua era pertandingan yang berbeda itu. Tapi, satu hal yang sama, yaitu penampilan solo yang memukau dua bintang besar sepak bola yang akan selalu dikenang dalam sejarah.
Pemain-pemain besar merupakan aktor legendaris dalam sejarah pentas sepak bola. Lionel Messi, Johan Cruyff, Cristiano Ronaldo, Diego Maradona, dan sederet nama lainnya adalah komunitas yang berbeda dengan kelompok pemain lainnya.
Sebuah film televisi dokumenter di saluran stasiun National Geographic beberapa waktu lalu menayangkan bagaimana kehidupan Napoli sebagai sebuah kota berubah drastis ketika Maraona bermain di klub kebanggaan mereka, SSC Napoli, 1984-1991.
Lionel Messi dan Barcelona praktis identik seperti Maradona-Napoli itu. Sepak bola adalah pentas teater. Aktor-aktornya tumbuh berkembang di lapangan meski dibebani skenario ketat dari sang sutradara di tepi lapangan, pelatih kepala atau manajer tim.
Pada aktor-aktor yang dianugerahi talenta yang tinggi seperti Lionel Messi dan kawan-kawan itu, mereka sering menciptakan pertunjukkan solo yang tak terduga dan mencengangkan di lapangan.
Mereka, Lionel Messi cs itu, menegaskan bahwa sepak bola akan selalu indah bila ada unsur-unsur kejutan di dalamnya untuk melawan kerapian dan kekakuan karena kompetisinya sudah sangat terstruktur sebagai industri.
Pertunjukan-pertunjukan solo yang membuka ruang imajiniasi buat para penggemar tontonanan sepak bola di dunia. Masalahnya sekarang, setelah Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, dan sederet kecil pemain lain, siapa lagi yang bisa tampil tidak sekadar sebagai pemain medioker?