Musim itu Atalanta berhasil mencapai posisi keempat klasemen Liga Italia dan langsung membuat banyak klub mengincar para pemain muda mereka, Franck Kessie yang kini berbaju AC Milan salah satunya.
Pada musim keduanya, kepindahan sejumlah pemain membuat posisi Atalanta sedikit goyah. Mereka hanya berhasil meraih posisi ketujuh klasemen akhir Liga Italia.
Gasperini kembali membuktikan kemampuannya dengan membawa Atalanta menduduki posisi ketiga klasemen Liga Italia musim 2018-2019 dan meraih tiket Liga Champions musim ini. Itu merupakan capaian terbaik dalam sejarah klub.
Tak hanya pintar melihat potensi pemain muda, Gasperini juga memiliki kemampuan taktik yang brilian. Menganut permainan Catennacio ala Italia, Gasperini dianggap sukses menunjukkan bahwa permainan bertahan bukanlah sesuatu yang membosankan untuk ditonton.
Bagi Gasperini, bertahan bukan berarti menunggu lawan dan menumpuk pemain di lini belakang. Dia memang dengan tegas memerintahkan anak asuhnya untuk segera turun ke area permainan sendiri begitu kehilangan bola, tetapi lawan dipastikan tak akan leluasa memegang bola berlama-lama.
Pria berusia 62 tahun itu menuntut para pemainnya untuk terus menekan para pemain lawan yang menguasai bola dan jika langsung melancarkan serangan balik cepat ke jantung pertahanan lawan.
Strategi itu sukses membuat Atalanta tercatat sebagai tim dengan produktivitas gol tertinggi di Liga Italia. Luis Muriel cs tercatat mencetak 98 gol dari 38 laga, mengalahkan Juventus yang merebut gelar juara dengan hanya mencetak 76 gol.
Di Liga Champions, Atalanta yang bergabung di Grup C bersama Manchester City, Shakhtar Donetsk dan Dinamo Zagreb sempat gugup di laga-laga awal. Tiga kekalahan beruntun mereka raih dan menduduki posisi juru kunci grup.
Baca Juga: Profil 8 Tim Perempat Final Liga Champions
Keberuntungan pasukan Sang Dewi mulai berubah setelah mereka berhasil menahan imbang Manchester City pada laga keempat. Setelah itu Dinamo Zagreb dan Shakhtar Donetsk mereka lumat dan akhirnya keluar sebagai runner-up grup.