TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu finalis Liga Champions 2020-21, Manchester City, merupakan salah satu klub terkemuka Eropa. Nama besarnya ditopang gelontoran uang dari pemilik asal Timur Tengah.
Man City telah telah berevolusi menjadi salah satu klub yang ditakuti di Eropa dalam beberapa musim ini. Selain lolos ke final Liga Champions musim --untuk pertama kalinya-- mereka juga baru menjuarai Liga Inggris untuk ketujuh kalinya.
Klub itu juga memiliki sejarah unik. The Citizens masih menjadi satu-satunya juara Inggris yang pernah didegradasi setelah berhasil juara pada musim sebelumnya.
Kapten Manchester City Fernandinho mengangkat piala saat melakukan selebrasi bersama rekan-rekannya usai menjuarai Liga Inggris setelah pertandingan melawan Everton di Stadion Etihad, Manchester, 23 Mei 2021. Manchester City menutup musim Liga Inggris 2020/2021 dengan mencukur Everton 5-0. Pool via REUTERS/Peter Powell
Kini, klub itu menempati posisi terkemuka di dunia. Dalam daftar tim sepak bola dunia, Manchester City memiliki pendapatan tertinggi kelima pada musim 2018-19, dengan 568,4 juta euro. Pada 2019, Forbes menempatkan klub milik City Football Group ini yang paling berharga kelima di dunia dengan nilai US$ 2,69 miliar.
Sejarah Awal Manchester City
Klub ini dibentuk pada tahun 1880, dengan nama St. Mark's, atas inisiatif Arthur Connell (rektor Gereja St Mark) dan putrinya, Anna Connell. Mereka awalnya bernama Gorton FC dan Ardwick AFC lalu berubah menjadi Manchester City pada 1894.
Perubahan mereka bertepatan dengan beberapa masalah keuangan yang akhirnya menyebabkan beberapa perubahan di dalam klub. Perubahan nama membuat Manchester City menjadi klub yang populer di kota Manchester, dengan basis penggemar yang antusias mengikuti mereka kemanapun mereka pergi. Klub promosi ke kompetisi Divisi 1 pada 1899.
Tak lama setelah meraih trofi pertamanya (PIala FA) pada 1904, Man City harus dihadapkan dengan masalah yang cukup serius. Tujuh belas pemain mereka diskors karena tuduhan pelanggaran keuangan. Pemain bintang mereka, Billy Meredith, kemudian pindah ke klub rival sekota mereka, Manchester United.
Setelah masalah keuangan itu butuh 30 tahun bagi Man City untuk kembali ke kejayaan mereka. Pada 1934, mereka memenangi Piala FA kedua.
Sepanjang jalan menuju gelar itu, Man City rekor jumlah penonton terbanyak dalam satu pertandingan, yang bertahan hingga hari ini. Sebanyak 84.569 pendukung tuan rumah berkumpul di Maine Road untuk pertandingan putaran keenam melawan Stoke City.
Tiga tahun kemudian, pada 1936-37, City membawa pulang trofi Divisi Satu dengan penuh gaya, dengan mencetak lebih dari 100 gol selama musim ini. Namun demikian, mereka terdegradasi pada musim berikutnya, yang merupakan pertama kalinya tim juara bertahan turun kasta.
Selanjutnya: Penurunan Performa