TEMPO.CO, Jakarta - Nama Kaspers Hjulmand praktis tak banyak terdengar sebelum Euro 2020. Keberhasilannya membawa Timnas Denmark membuat Hjulmand kini diperhitungkan sebagai salah satu pelatih terbaik di Eropa.
Karir kepelatihan Hjulmand bermula sejak sangat muda, tepatnya ketika dia masih berusia 26 tahun. Saat itu, pria kelahiran 9 April 1972 tersebut harus berhenti bermimpi untuk menjadi pesepakbola hebat. Cedera lutut parah membuat karirnya sebagai pesepakbola harus berakhir tanpa satu pun gelar juara atau catatan hebat.
Dia memulai karir kepelatihannya dari level paling bawah. Pada 1998, Hjulmand dipercaya menangani tim U-18 Lyngby, klub kecil di Denmark. Dia menapaki karir hingga menjadi pelatih tim senior klub itu pada 2006.
Setahun berselang, dia diajak koleganya Morten Weighorst untuk menjadi asisten pelatih di salah satu klub elit Liga Denmark, FC Nordsjaelland. Dia ikut mempersembahkan dua gelar juara Piala Denmark sebelum akhirnya mengambil alih kepemimpinan di sana pada 2011.
Di bawah asuhan Hjulmand, Nordsjaelland sukses merebut gelar juara Liga Denmark untuk pertama kalinya pada musim 2011-2012. Musim berikutnya mereka hanya menempati posisi kedua.
Bersama klub itulah nama Kasper Hjulmand kemudian mulai dikenal oleh pecinta sepak bola Denmark, bahkan Eropa. Noordjaelland mendapatkan kesempatan bermain di Liga Champions untuk pertama kalinya dalam sejarah pada musim 2012-2013.
Perjalanan Hjulmand dan Noordjaelland memang singkat di kompetisi Eropa musim itu. Mereka kalah bersaing dengan Juventus, Chelsea dan Shakhtar Donetsk. Akan tetapi anak asuh Hjulmand sempat memberi sinyal akan kebangkitan sepak bola Denmark dengan menahan imbang Juventus 1-1.
Pada 2014, Hjulmand hijrah ke Jerman untuk melatih FSV Mainz 05 yang ditinggalkan Thomas Tuchel. Akan tetapi karirnya di Jerman tak sukses. Sempat membawa Mainz tak terkalahkan dalam delapan laga awal Bundesliga 2014-2015, Hjulmand harus rela dipecat pada Februari 2015 setelah timnya hanya menang satu kali dari 13 laga berikutnya.
Dia kembali ke Nordsjaelland pada Januari 2016, menggantikan Olafur Kristjansson. Akan tetapi periode keduanya di klub itu tak sesukses periode pertama. Capaian terbaiknya hanya mampu membawa Nordsjaelland meraih posisi ketiga Liga Denmark pada musim 2017-2018.