TEMPO.CO, Jakarta - Graham Potter menjadi sorotan belakangan ini setelah dia memutuskan untuk meninggalkan Brighton & Hove Albion untuk menerima tawaran menangani Chelsea pada 8 September lalu.
Mantan bek kiri Inggris itu menapaki karier sebagai manajer klub setelah pensiun sebagai pesepak bola selama 13 tahun. Dia tercatat tampil dalam 307 pertandingan di Liga Inggris.
Swedia Ostersund menjadi klub pertama yang dia tangani ketika memulai kariernya sebagai pelatih pada Desember 2010. Klub berikutnya adalah Swansea pada 2018-2019 sebelum pindah ke Brighton.
Pelatih berusia 47 tahun itu kini terikat kontrak lima tahun dengan Chelsea, menggantikan Thomas Tuchel yang dipecat hanya selang sehari setelah penandatanganan kontraknya.
Potter melewati banyak momen bersama rekan setimnya saat masih menjadi pemain dan juga pemain yang diasuhnya ketika menjadi pelatih.
Berikut beberapa fakta unik dan menarik dari sosok pelatih Inggris tersebut sepanjang perjalanan kariernya yang diungkap oleh orang-orang yang dekat dengannya.
1. Tiba-tiba Menghilang Tanpa Kabar Sekitar Sebulan
Potter tercatat pernah membela beberapa klub Liga Inggris, yakni Birmingham, Stoke, Southampton, dan West Brom. Total dia mencatat lebih dari 350 penampilan.
Saat bermain untuk Macclesfield, klub terakhir yang dia bela, dia mengalami kejadian ganjil.
“Saat itu dia sedang menikmati secangkir the hijau di sofa,” kata Jon Parkin, mantan rekan setimnya di Macclesfield.
“Dan ketika dia berjalan untuk duduk di sofa, anjingnya datang dan melewatinya sambil menjatuhkan teh ke bagian depan kakinya,” kata Parkin menambahkan. “Setelah kejadian itu dia tidak ke lapangan tiga atau empat minggu!”
2. Mengajak Pemain Swedia Ostersunds Nonton Pertunjukkan Teater dan Balet
Saat menangani Swedia Ostersunds, Potter berhasil membawa klub kecil itu ke posisi puncak. Di bawah kepemimpinannya, Ostersunds pernah mengalahkan Arsenal di leg pertama babak sistem gugur di Liga Europa.
Di luar catatan apik di lapangan, ada hal menarik yang dilakukan Potter saat melatih klub itu, yakni mengajak para pemain ke tempat yang belum pernah didatangi.
“Hal pertama yang kami lakukan adalah teater,’ kata Lasse Lindin, sekretaris klub Ostersunds.
“Kemudian kami menulis buku bersama, mengadakan pameran seni. Itu merupakan hal yang sangat menarik di mana beberapa pemain tidak tahu harus berpikir apa! Kemudian kami juga membuat musik, dari uang hasil kami bermain musik digunakan untuk membantu pengungsi,” kata Lindin menambahkan.
Salah satu pemain Ostersunds, Tom Pettersson, mengaku tidak senang ketika harus berlatih (berlatih musik) selama tiga jam. Tetapi, Potter memberikan pengalaman baru untuk tim.
“Tidak menyenangkan ketika harus berlatih selama tiga jam (berlatih musik), tetapi itu membantu kami meskipun dia (Potter) payah dalam rap,” kata Pettersson.
Selain itu, dia juga melontarkan candaan ketika Potter bisa menampilkan teater di depan 1.000 orang, Pettersson akan bermain sesuai keinginannya di lapangan.
“Jika dia (Potter) merasa bisa melakukan itu di depan 1.000 orang atau lebih, maka saya bisa melakukan apa pun yang saya inginkan di lapangan,” ujarnya.
Potter bisa sibuk dengan dirinya sendiri, seperti menyanyikan lagu kebangsaan dalam dialek lokal atau tampil di balet Swan Lake milik klub.
3. Bergelar Master di Luar Kariernya sebagai Pesepak Bola
Potter pensiun sebagai pesepak bola pada 2005. Pada tahun yang sama diia berhasil menyelesaikan kuliah jurusan ilmu sosial di Universitas Terbuka. Gelar itu merupakan permulaan perjalanannya di dunia pendidikan.
Setelah itu, dia menjadi pelatih di Leeds Met dan bertindak sebagai manajer pengembangan sepak bola di Universitas Hull. Saat menjadi pelatih Ostersunds, ia merekrut empat pemain dari universitas itu untuk bergabung ke skuad asuhannya.
Selama di Leeds, Potter memanfaatkan kesempatannya sebaik mungkin sebagai staff untuk mengikuti kursus dan menyelesaikan gelar Master di bidang kepemimpinan dan kecerdasan emosional.
“Itu adalah kualifikasi kepemimpinan yang cukup menarik perhatian saya,” kata Potter.
“Saya telah menyelesaikan kualifikasi saya sebagai pelatih. Manajemen sepak bola pada dasarnya adalah dapat membangun lingkungan serta membantu Anda membentuk perilaku dan cara orang bertindak. Kedengarannya cukup masuk akal, tetapi sering kali bukan melalui praktik umum, dan itulah keindahannya," tuturnya.
Berikutnya, Potter disebut sebagai pelatih modern dan pernah menangani tim sepak bola wanita.