TEMPO.CO, Jakarta - Osasuna berusaha mengakhiri rekor buruk dengan mengincar trofi pertama pada final Copa del Rey atau Piala Raja melawan Real Madrid di Estadio de La Cartuja pada Ahad, 7 Mei 2023 pada pukul 03.00 WIB. Osasuna merupakan tim yang belum pernah meraih trofi bergengsi apapun sepanjang sejarah klub.
Osasuna, yang bermarkas di Kota Pamplona di wilayah Basque dan lebih populer dengan banteng, baru satu kali mencapai final Piala Raja yaitu pada 2005. Namun, saat itu mereka taklkuk Real Betis melalui perpanjangan waktu.
Di sisi lain, Real yang berstatus juara bertahan Liga Spanyol dan Liga Champions, sedang memburu Piala Raja ke-20. Terakhir kali Real mengangkat Piala Raja adalah pada 2014 setelah menaklukkan Barcelona.
Direktur Olahraga Osasuna Braulio Vazquez menyoroti perbedaan dunia antara kedua klub menjelang pertandingan di La Cartuja. "Bagi Madrid, ini merupakan salah satu dari banyak final yang mereka mainkan. Namun bagi kami, ini merupakan final," kata Vazquez pada konferensi pers seperti dikutip dari AFP.
"Ada kegembiraan sekaligus ketegangan. Kami akan menikmatinya, namun kami juga akan bersaing," ujar dia menambahkan. Lemari trofi Osasuna hanya berisi sejumlah trofi dari divisi kedua dan divisi ketiga. Mencapai final merupakan penghargaan yang layak bagi kesabaran klub dalam memberi kepercayaan kepada pelatih Jacoba Arraste.
Pada pertengahan musim 2020/2021, tim tersebut mencatatkan laju 13 pertandingan tanpa kemenangan yang membuat Osasuna terpuruk di posisi ke-19 klasemen pada akhir Januari lalu. Meski begitu, Arraste mampu memperbaiki peruntungan tim. Ia kemudian menyelamatkan Osasuna dari ancaman degradasi dan membawa klub itu menduduki papan tengah klasemen pada musim ini.
Osasuna mencapai final melalui kemenangan dramatis lewat perpanjangan waktu saat melawan Athletic Bilbao di Estadio San Mames. Gol semata wayang sekaligus penentu kemenangan Osasuna dibukukan oleh Pablo Ibanez. "Saat ini, saya tidak dapat berkata-kata. Kami menderita seperti anjing sepanjang jalannya pertandingan," kata Ibanez saat itu.
Keuletan, intensitas, dan determinasi menjadi kunci permainan Osasuna. Menurut Arraste, itu merupakan cerminan para penggemar serta Kota Pamplona itu sendiri. Hal itu pun terlihat di Nou Camp, Selasa, 2 Mei, ketika tim yang diperkuat banyak pemain pelapis itu mampu menahan Barcelona selama 85 menit di ajang Liga Spanyol.
Arraste memilih menurunkan para pemain pelapis demi menjaga kebugaran para pemain inti untuk laga melawan Real Madrid. Pada pertandingan itu, mereka terpaksa bermain dengan sepuluh pemain sejak menit ke-30, namun mampu menahan gempuran tim pemuncak klasemen itu sebelum Jordi Alba mencetak gol pemecah kebuntuan. "Osasuna dapat memberi pelajaran apa makna persaingan bagi kami," ujar Arraste.
Osasuna jelas memerlukan berbagai bentuk dukungan positif. Terlebih lagi, Real Madrid tercatat mampu mencapai final setelah menaklukkan Barca dengan skor 4-0 pada semifinal yang dimainkan April lalu.
Mereka juga masih bertahan di semifinal Liga Champions. Jika Real mampu memenangi kedua kompetisi tersebut, Carlo Ancelotti akan menyamai catatan Zinedine Zidane yakni meraih 11 trofi sebagai pelatih Los Blancos. "Saya yakin kami akan memenangi setidaknya satu trofi yang tersisa," kata Ancelotti menjelang pertandingan leg kedua melawan Barcelona.
Di atas kertas, Real Madrid jelas lebih berpeluang atau diunggulkan menjuarai Piala Raja. "Jika kami memiliki keberuntungan untuk menjuarai Piala Raja musim ini, maka tim ini harus memenangi semua trofi yang ada dalam dua tahun. Terdapat tim-tim yang tidak pernah memenanginya sepanjang sejarah," ujar Ancelotti.
Pilihan Editor: Kata Victor Osimhen Soal Rumor Kepindahannya ke Manchester United Musim Depan