Lewati Torehan Didier Drogba
Mereka telah mencapai hal yang tak bisa dicapai oleh pesepak bola terbesar Pantai Gading dan Afrika, Didier Drogba.
Legenda klub sepak bola Chelsea di Liga Inggris itu adalah pencetak gol terbanyak sepanjang masa Pantai Gading dan dua kali dinobatkan sebagai pemain terbaik Afrika pada 2006 dan 2009.
Tapi di panggung Afrika, prestasi tertinggi yang dicatat Drogba "hanya" runner up Piala Afrika 2006 dan 2012.
Perjalanan Drogba berbeda dengan Haller. Kedua pemain depan yang sama-sama bertubuh tinggi besar ini, bagai bumi dengan langit.
Drogba sudah 105 kali membela Pantai Gading dan menciptakan 65 gol, sedangkan Haller sudah mencetak 10 gol dari 26 penampilan bersama timnas negeri ini.
Perbedaan kontras lainnya di antara kedua pesepak bola hebat itu adalah asal mereka. Drogba lahir dan besar di Pantai Gading, sedangkan Haller lahir dan besar di Eropa.
Presiden Pantai Gading Alassane Ouattara bersama pemainnya Max Gradel memegang trofi Piala Afrika setelahh kalahkan Nigeria dalam pertandingan Final Piala Afrika di Stade Olympique Alassane Ouattara, Abidjan, Pantai Gading, 12 Februari 2024. REUTERS/Luc Gnago
Haller lahir di Prancis dan menempa karir sepak bola di Prancis, Jerman, Inggris dan Belanda, bahkan di tingkat junior dia masuk timnas Prancis. Baru pada 2020 dia dipanggil membela timnas Pantai Gading.
Haller merepresentasikan fenomena menarik di Afrika, yakni peran penting pemain-pemain diaspora.
Haller menjadi diaspora Afrika lainnya yang mengangkat trofi juara. Sebelum dia sudah ada pemain-pemain seperti kapten Senegal Kalidou Koulibaly yang mengangkat trofi Piala Afrika 2021 dan bintang Aljazair Riyad Mahrez pada 2019. Kedua pemain ini lahir dan besar di Eropa.
Selama Piala Afrika 2023 sendiri, dari 630 pemain yang terdaftar mengikuti turnamen itu, 200 pemain lahir di luar Afrika.
Prancis menjadi negara kelahiran untuk 104 pemain yang mengikuti Piala Afrika 2023. Setelah itu, Spanyol 24 pemain, Inggris 15 pemain.
Tim yang paling banyak menyertakan diaspora dalam skuadnya adalah Maroko, sebanyak 18 pemain diaspora, disusul Guine Ekuatorial dan Republik Demokratik Kongo masing-masing 17 dan 16 diaspora.
Selanjutnya: Perhatian Global