TEMPO.CO, Jakarta - Timnas Pantai Gading mengubah hal yang tak mungkin menjadi mungkin, dengan menjuarai Piala Afrika 2024. Berbekal optimisme dan daya juang tinggi, yang membungkus keterampilan dan kekompakan, mereka mengalahkan Nigeria 2-1 di babak final, Senin dinihari, 12 Februari 2024.
Keberhasilan Pantai Gading layak disejajarkan cerita dongong. Si Gajah yang awalnya seperti terlihat di ambang terlempar dari kompetisi, malah berakhir manis dengan trofi juara.
Babak grup jadi cerita muram bagi tim tuan rumah ini. Mereka dibantai 0-4 oleh Guinea Ekuatorial dalam fase grup, empat hari setelah ditelan Nigeria 0-1 dalam fase yang sama.
Seluruh negeri di Afrika bagian barat itu, yang merupakan kawasan asal sebagian besar bintang-bintang sepak bola benua hitam, merasakan keterpurukan yang amat sangat. Mereka di ujung tanduk, apakah bisa lolos ke fase gugur?
Beruntung, Mozambik dengan ajaib memaksa Ghana seri 2-2 sehingga tiket terakhir babak 16 besar dari status peringkat ketiga terbaik, gagal diraih Ghana. Tiket itu kemudian menjadi milik tuan rumah Pantai Gading.
Sejak itu pula permainan dan juga keberuntungan Si Gajah berubah total. Mentalitas dan semangat bertarung pun berubah drastis, hingga mengantarkan mereka mengangkat trofi kontinental ketiganya setelah Piala Afrika 1992 dan Piala Afrika 2015.
Mentalitas itu muncul setelah pelatih sementara Emerse Fae menyuntikkan semangat dan rasa percaya diri tinggi kepada Serge Aurier cs.
Fae ditunjuk menggantikan pelatih asal Prancis, Jean-Louis Gasset, tak lama setelah Pantai Gading dianiaya Guinea Ekuatorial dalam pertandingan terakhir fase grup turnamen edisi tertunda pandemi Covid-19 itu.
Pemain Pantai Gading Franck Kessie mencetak gol ke gawang Nigeria dalam pertandingan Final Piala Afrika di Stade Olympique Alassane Ouattara, Abidjan, Pantai Gading, 12 Februari 2024. REUTERS/Siphiwe Sibeko
Terkenal berdisiplin tinggi selama menjadi pemain, Fae berulang kali menyatakan tugas utamanya adalah meyakinkan pemain-pemain Pantai Gading yang rata-rata hebat, bahwa dengan bakat dan keterampilan yang mereka miliki seharusnya Pantai Gading melangkah jauh dalam turnamen ini.
Rasa percaya diri dan optimisme yang ditanamkan oleh Fae itu membekas pada anggota skuad Tim Gajah.
Mereka pun berubah kompak yang membuat keterampilan mereka kian bersinar dan mematikan, untuk menyingkirkan juara bertahan Senegal pada 16 besar, Mali dalam perempat final, Kongo pada babak semifinal, dan akhirnya menuntaskan balas kepada Nigeria dalam partai puncak.
Selanjutnya: Faktor Haller