TEMPO.CO, Jakarta - Ketika Jose Mourinho ditanya siapa dari daftar mantan pemain yang akan menjadi manajer terbaik, pilihannya jatuh pada Xabi Alonso. Pilihan Mourinho mungkin terbukti ketika Alonso berhasil membawa Bayer Leverkusen menjadi juara Bundesliga Jerman musim ini.
Alonso adalah pemain asal Spanyol itu baru saja pensiun di Bayern Munchen pada 2017. Ia baru saja terjun ke dunia kepelatihan di Tim B Real Sociedad, di negara asal karier sepak bolanya dimulai.
Pernyataan Mourinho, yang pernah melatih Alonso di Real Madrid, bukan tanpa alasan. Ayah Alonso, Periko Alonso, adalah seorang pemain dan pelatih, yang berpengalaman di berbagai kompetisi. Ia punya kemampuan yang berkelas dunia di lini tengah. Menurut Mourinho, faktor turunan ini membuat Alonso mampu berkembang dengan cepat.
Pada musim penuh pertama, manjer berusia 42 tahun ini membawa Bayer Leverkusen di ambang kejayaan. Leverkusen tak terkalahkan di semua kompetisi dan namanya jelas berada di puncak daftar pelatih muda terbaik di dunia sepakbola.
Mengambil alih Bayer Leverkusen pada bulan Oktober 2022, penunjukan Alonso sebagai pelatih adalah pertaruhan besar oleh direktur olahraga Simon Rolfes. Namun, Rolfes, yang merupakan mantan gelandang elite di sepak bola Jerman, jelas telah melihat sesuatu yang istimewa pada diri Alonso.
Alonso lahir di Kota Basque, Tolosa, dari pasangan Periko Alonso dan Isabel Olano. Ia tumbuh bersama Mikel Arteta, rekan bermain selama di tim junior Barcelona yang kini melatih Arsenal. Keduanya sering menyaksikan Periko menjadi andalan Barcelona. Arteta berlabuh di Barcelona, sedangkan Periko mendorong Alonso untuk berlabuh di Real Sociedad.
Hal ini tidak mudah bagi Alonso, yang dipinjamkan ke Eibar tak lama setelah debutnya di La Real. Namun, ia memanfaatkan kesempatan itu untuk kembali menjadi pemain utama pada tahun 2001 di bawah kepemimpinan pelatih pertamanya, John Toshack.
Tiga musim kemudian penampilan Alonso di La Liga sebagai pemain reguler menarik perhatian manajer Valencia Rafael Benitez. Benitez juga yang membawa Alonso berlabuh ke Liverpool. Di sana, dunia melihat bakatnya sebagai salah satu ahli pemberi umpan terbaik di Eropa. Ia membentuk kemitraan lini tengah yang solid bersama Steven Gerrard dan meraih gelar Liga Champions pada laga bertajuk "Miracle of Istanbul" pada musim 2005.
Menjadi idola baru di Anfield, Alonso memenangkan tiga trofi lagi, termasuk Piala FA, dan statusnya sebagai salah satu yang terbaik di dunia tidak dapat disangkal lagi ketika ia membantu Spanyol meraih gelar Euro 2008.
Ditetapkan sebagai legenda klub Liverpool, Alonso pindah ke Real Madrid pada tahun 2009, di era baru Galacticos di bawah kepemimpinan presiden Florentino Perez. Cristiano Ronaldo, Karim Benezema dan Kaka tiba, namun Alonso tidak kalah cemerlang.
Alonso terus tampil menonjol sebagai salah satu gelandang terbaik. Ia memenangkan La Liga bersama Real Madrid di bawah asuhan Mourinho dan Liga Champions bersama tim asuhan Carlo Ancelotti, dan juara Euro bersama Spanyol di bawah asuhan Vicente del Bosque.
Real Madrid mendatangkan Toni Kroos pada musim panas 2015, Alonso hengkang ke Bayern Munchen dan melanjutkan pembelajarannya di bawah asuhan Pep Guardiola. Sayangnya, ia tak selalu menjadi pilihan utama. “Saya telah bermain untuk klub kampung halaman saya, tim terbaik di Inggris, tim terbaik di Spanyol dan tim terbaik di Jerman,” kata Alonso saat mengumumkan pensiun pada 2017.
Pemain Bayer Leverkusen melakukan selebrasi setelah berhasil meraih gelar Liga Jerman di BayArena, Leverkusen, 14 April 2024. Bayer Leverkusen menjuarai gelar Bundesliga pertama dalam sejarah mereka usai membantai Werder Bremen 5-0. REUTERS/Kai Pfaffenbach