"Kami memainkan sepak bola ala catenaccio yang sudah usang," kata Totti. "Kami bertahan total sepanjang pertandingan, bahkan sama sekali tak melakukan percobaan tendangan ke arah gawang lawan. Anda tak boleh bermain seperti itu, terutama karena kami bermain melawan tim besar."
Sebaliknya, pelatih Ranieri menyalahkan mental para pemainnya yang grogi lebih dulu. Perasaan gamang untuk menyerang itu muncul karena pada akhir pekan lalu Roma dihajar Cagliari 1-5 di Seri A. "Kami datang dengan dihantui kebobolan lima gol (dari Cagliari)," kata mantan pelatih Chelsea itu. "Berhadapan dengan runner-up Liga Champions, kami menjadi lebih grogi."
Dalam 90 menit pertandingan, Roma cuma menguasai bola 26 persen waktu permainan. Sisanya, bola dikuasai para pemain FC Hollywood--julukan Muenchen. Meski begitu, tim tuan rumah baru bisa membobol gawang Roma, yang dijaga Julio Sergio, pada menit-menit terakhir. Gol pertama dicetak penyerang muda Thomas Mueller (menit ke-78) dan gol berikutnya dihasilkan striker gaek, Miroslav Klose, lima menit kemudian.
Bermain tanpa kedua bintang sayap, Franck Ribery (hukuman kartu merah) dan Arjen Robben (cedera), Muenchen tetap bermain menawan. Mueller mencetak golnya dengan indah, lewat tendangan voli setelah menerima umpan dari kepala Daniel van Buyten. Klose juga melakukannya dengan tendangan voli, menyambut tendangan bebas Holger Badstuber.
"Kami bermain dengan sabar menghadapi rapatnya pertahanan lawan pada babak pertama," kata Mueller. "Kami menggelindingkan bola ke mana-mana untuk membuat mereka lelah."
AFP | FI | ANDY M