TEMPO Interaktif, Bandung - Tim nasional Indonesia berhasil menggungguli tamunya tim nasional Maladewa dalam pertandingan persahabatan di Stadion Siliwangi, Bandung, Selasa (12/10) petang. Ketiga gol Indonesia dilesakkan Octavianus Maniani pada menit ke-30, Yongki Aribowo menit ke-74, dan Tony Sucipto menit ke-89.
Tampil langsung menggedor pertahanan lawan sejak awal babak pertama, Indonesia nyaris mendominasi permainan hingga babak kedua pertandingan berakhir. Selain berhasil mencetak skor tiga, Indonesia sedikitnya punya lima peluang yang gagal berbuah gol antara lain lewat Boaz Solossa, Firman Utina, Otktavianus, Bambang Pamungkas dan Jayateguh Angga.
Nyaris sepanjang pertandingan, penonton mengeluk-elukan permainan cemerlang Oktavianus hingga pemain bernomor punggung ini digantikan Ambrizal menjelang akhir babak kedua. Sebaliknya penonton ramai mencemooh penampilan Bambang Pamungkas yang tampak mengecewakan, baik saat menggiring dan mengover bola maupun saat gagal memanfaatkan sedikitnya dua peluang gol (di babak kedua).
Selama dua kali 45 menit pertandingan, wasit Pandian Palaniyandi (Singapura) melayangkan dua kartu kuning, yakni untuk Arif Mohamed (Maladewa) dan Oktavianus Maniani (Indonesia).
Pelatih tim nasional Maladewa Ahmed Mauroof mengakui keunggulan tuan rumah. Meski anak-anak asuhannya telah tampil maksimal, Indonesia tampak lebih mendominasi permainan. “Kami di bawah tekanan Indonesia. Indonesia main lebih baik dan lebih efektif,” kata Ahmed seusai pertandingan di Siliwangi Selasa (`12/10) petang.
Ahmed juga tak mempermasalahkan hasil pertandingan yang berakhir 3 – 0 untuk kemenangan tuan rumah. Ia hanya berharap anak-anak Maladewa bisa menimba pengalaman. “Ini hanya pertandingan persahabatan, bukan kompetisi,” tandasnya.
Ahmed juga mengapresiasi sikap para penonton di tribun lapangan yang memang didominasi suporter tuan rumah. “Tak ada masalah, kita main salah satunya untuk para suporter kita. Suporter di negeri kami juga tak jauh berbeda dengan di sini.”
Pelatih Indonesia Alfred Riedl tak banyak mengumbar komentar ihwal keunggulan tim besutannya. Ia hanya mengapresiasi bila kedua tim telah berupaya maksimal untuk memainkan sepak bola dengan baik.
Hanya saja Riedl sempat menyayangkan kenapa pertandingan level internasional kali ini digelar di lapangan dengan tanah sekeras lapangan bola Stadion Siliwangi. “Lapangannya sangat keras, sepertinya cocok untuk menanam kentang,” kata Riedl.
Riedl juga mengakui sejak dihantam Uruguay beberapa waktu lalu, penampilan salah satu pemain utamanya, Bambang Pamungkas, acap menjadi sasaran kritik. “Tapi itu bukan masalah. Dia (Bambang Pamungkas) tetap salah satu pemain kami yang profesional,”katanya.
Bambang sendiri mengakui kalau dirinya kerap dikritik publik sepak bola negeri sendiri. Namun iapun tak menganggapnya sebagai masalah. “Saya biasa dicaci. Terutama kalau main di Bandung karena saya selama ini bermain untuk Persija Jakarta,”kata pemain bernomor punggung 20 itu.
Meskipun mencetak gol untuk tim nasional dalam pertandingan internaional, ia melanjutkan, tetap saja dirinya akan dicaci. “Tapi Itu tak menjadi tekanan buat saya. Tak ada tekanan,”tandas Bambang.
Erick P. Hardi