TEMPO.CO, London - Fabrice Muamba jatuh tersungkur tanpa ada yang menyenggolnya. Ia tengkurap di tengah lapangan dengan badan kejang. Seluruh penonton di Stadion White Hart Lane, London, terpaku. Rivalitas terlupakan. Semua mata tertuju kepada Muamba.
Pertandingan Tottenham Hotspur melawan Bolton Wanderers di babak perempat final Piala FA, Sabtu lalu, itu harus dihentikan wasit Howard Webb dengan skor sementara 1-1. Muamba dilarikan ke Rumah Sakit London Chest yang berjarak sekitar 11 kilometer.
Dua jam pertama, jantung Muamba sempat berhenti bekerja. Setelah diberi alat bantu di unit intensif, mulai ada detakan. Ia tetap tak sadarkan diri. “Hingga Senin pagi, pukul 09.30, kondisi Muamba masih kritis,” demikian pernyataan di situs resmi klub Bolton.
Muamba adalah gelandang energetik berusia 23 tahun. Ia terkena serangan jantung yang dinamai hocum atau hypertrophic obstructive cardiomyopathy (HOCM). Ini kerap terjadi pada atlet muda yang terbiasa berlatih keras. Penyebabnya adalah kelainan genetik.
Umumnya jantung atlet terbiasa bekerja keras. Tapi bagi yang memiliki kelainan genetik, hal itu membuat dinding jantungnya menipis. Latihan fisik rutin membuat jantungnya semakin buruk. Tipisnya dinding jantung ini bisa menyebabkan pemompaan darah berhenti. Dalam beberapa kasus, atlet bisa meninggal.
Namun, Muamba masih berjuang di rumah sakit. “Kondisinya sangat serius,” kata pelatih Owen Coyle. Terbaring tak sadarkan diri, ia ditemani kekasihnya, Shauna Magunda, yang dilamarnya pada Hari Valentine lalu. Simpati dunia tak henti mengalir. “Keluarganya menyampaikan terima kasih,” ujar Coyle.
Sejatinya perjuangan hidup Muamba sudah dimulai dari Kongo, negara penuh konflik. “Saya terbiasa mendengar tembakan,” kata pria yang lahir pada 6 April 1988 di Kinshasa, Kongo, ini. Muamba belum bisa berbahasa Inggris ketika masuk ke Inggris pada usia 11 tahun karena mendapatkan suaka politik.
Bakat sepak bolanya tercium akademi Arsenal. Dari situ, ia dipinjamkan ke Birmingham City dan bersinar menjadi pemain inti. Setelah dua tahun, ia memperkuat Bolton. “Saya selalu ingin memberi yang terbaik,” kata ayah dari Joshua Jeremiah ini beberapa waktu lalu.
GUARDIAN | DAILY MAIL | TITO SIANIPAR