TEMPO.CO, Roma- Kehidupan Piermario Morosini jauh dibilang dari kata bahagia. Kepergian sejumlah anggota keluarganya membuat pemain Livorno yang tengah dipinjamkan dari Udinese itu mencoba mencari kebahagiaannya sendiri. Namun pada Sabtu, 14 April 2012 lalu, kebahagiaan yang dicarinya tak sempat dicapai. Pemain berusia 25 tahun itu tewas saat timnya tengah bertanding melawan Pescara.
Sebelum berusia 18 tahun, Morosini sudah ditinggal pergi kedua orang tuanya. Ibunya, Camilia, meninggal dunia pada 2003. Sementara ayahnya menyusul dua tahun berselang. Tak hanya itu, Morosini juga harus menerima kenyataan saudara laki-lakinya yang cacat pun tewas akibat bunuh diri. Sejak saat itu Morosini hanya tinggal bersama kakak perempuannya yang juga cacat.
“Dia seorang pria muda yang sudah begitu banyak menderita dan hanya ingin sedikit kebahagiaan, tapi kemarin ia diberi tahu bahwa itu tidak mungkin,” kata agen Morosini, Ernesto Randazzo.
Randazzo mengenal cukup baik Morosini. Menurutnya pemain jebolan akademi Atalanta itu orang yang spesial. “Dia orang yang sopan dan manis yang selalu berbicara dengan tenang, tapi pada saat yang sama ia tahu bagaimana untuk memastikan bahwa ia dihormati,” ujarnya.
Randazzo sendiri heran pada kematian Morosini, soalnya sang pemain tidak punya catatan kesehatan yang buruk, bahkan jarang mengalami cedera. “Dia dalam kondisi yang sangat baik, dan sadar bahwa kariernya tidak konsisten. Dia terus bekerja keras untuk lebih baik,” tuturnya.
Penyebab kematian Morosini sendiri masih belum dapat dipastikan. Ia tiba-tiba terjatuh tak sadarkan diri pada menit ke-31. Otopsi sendiri baru akan dilakukan pada Senin waktu Italia. Sementara ada beberapa dugaan soal kematiannya itu, di antaranya karena pembengkakan pembuluh darah, terlebih Morosini sempat saling berbenturan kepala dengan pemain Pescara, Emmanuel Cascione.
FOOTBALL-ITALIA | IRVAN SAPUTRA