TEMPO.CO, London - Pelatih ternama dari Belanda, Dick Advocaat, sudah sangat lama tahu sepak bola adalah permainan yang kejam. Dan, Advocaat merasakan hal itu dalam debut kepelatihannya di Liga Primer Inggris pada Minggu dinihari tadi, 22 Maret 2015, di Stadion Boleyn Ground, Upton Park, London.
Ditugasi menyelamatkan Sunderland dari ancaman degradasi, Advocaat sebenarnya tampak akan mengawali kerjanya cukup lumayan, yaitu meraih satu poin dengan mengimbangi tuan rumah, West Ham, tanpa gol.
Namun, pada menit ke-88 atau kurang dua menit jika pertandingan berakhir dalam waktu standar 90 menit, pemain West Ham, Diafra Sakho, menggagalkan debut lumayan Advocaat itu dengan mencetak gol ke gawang Sunderland.
Sebelum terjadi petaka buat Sunderland pada menit ke-88 tersebut, tim tamu berjulukan The Black Cats alias Kucing Hitam ini tampil lumayan bagus di bawah asuhan Advocaat—yang hanya punya waktu tiga hari untuk beradaptasi dengan tim barunya setelah menggantikan Gus Poyet yang dipecat.
Pemain Sunderland menciptakan beberapa peluang untuk mencetak gol ke gawang Sunderland, dan serangannya lebih mengalir meski mereka tampak lebih memperhatikan soliditas pertahanan.
“Saya tidak mengira kemasukan satu gol dari West Ham karena semuanya berada di bawah kontrol,” kata Advocaat seusai pertandingan. “Semua pemain saya mengatakan itu pelanggaran (sebelum terjadinya gol di gawang Sunderland), tapi saya tidak ingin mulai menyalahkan sesuatu.”
Wasit Lee Mason yang membuat Sakho bisa mempersembahkan kemenangan untuk West Ham yang pertama kali pada Liga Primer 2014-2015 sejak 18 Januari lalu itu agak merugikan Advocaat. Mason membiarkan pemain pengganti West Ham, Nene, melakukan pelanggaran keras terhadap gelandang Sunderland, Sebastian Larsson, sebelum Sakho membobol gawang Sunderland.
Manajer West Ham Sam Allardyce pun setuju untuk mengatakan bahwa tindakan Nene adalah pelanggaran. Namun Allardyce menghormati keputusan wasit dan bersimpati kepada tugas berat Advocaat sebagai manajer sementara Sunderland dalam delapan pertandingan terakhir. Saat ini, Sunderland hanya berada satu poin di atas zona degradasi yang untuk sementara dihuni Burleny, QPR, dan Leicester City. “Waktu memang terus berlalu dan bukan mau melawan kita,” kata Allardyce.
Namun Advocaat tidak punya waktu banyak untuk memikir para wasit dalam Liga Primer Inggris yang akhir-akhir ini agak kurang konsentrasi—pada laga Manchester City melawan West Brom, Sabtu, 21 Maret 2015, wasit salah memberi kartu merah kepada seorang pemain West Brom. Pasalnya, pelatih yang membawa Belanda mencapai babak perempat final Piala Dunia 1994 itu dituntut segera menguatkan Sunderland dalam delapan laga tersisa jika tidak mau Kucing Hitam ini terdegradasi ke Liga Championship musim depan.
Untungnya, hanya sedikit pemain Sunderland yang terpilih masuk skuad tim nasional Inggris atau negara lainnya untuk pertandingan internasional setelah Minggu, 22 Maret 2015. Dengan demikian, Advocaat bisa memaksimalkan waktu jeda empat hari buat persiapan menghadapi laga liga berikutnya di kandang Newcastle.
GUARDIAN | BBC | SOCCERNET | HARI PRASETYO