TEMPO.CO, Jakarta - Kehebatan Neymar hinggap ke telinga para pencari bakat Real Madrid. Pada 2006, Neymar terbang ke Real Madrid ketika umurnya belum genap 14 tahun. Real Madrid memberikan kesempatan kepada Neymar untuk menunjukkan kemampuannya di kamp latihan mereka. Itu adalah penerbangan pertama Neymar Senior dalam hidupnya.
Setibanya di Madrid, Neymar langsung menunjukkan kemampuannya. Dia mencetak 27 gol dalam latihan dan pertandingan uji coba selama 19 hari itu. El Real pun langsung menyodorkan beasiswa kepada Neymar dan Rafaella. Namun, ternyata kontrak itu harus ditandatangani pula oleh ibunya. Nadine memilih untuk tidak ikut ke Madrid dan menetap di Santos bersama Rafaella.
Baca Juga:
Sebelumnya: Neymar, Kisah Sepatu Butut dan Guru Olahraga Killer (Bag 2)
Neymar juga menunjukkan gejala "kangen rumah". Dia merindukan keluarga, teman, sekolah, kota, dan klub Santos. Meskipun diberikan makanan serba enak, Neymar lebih ingin menyantap kacang dan beras di rumahnya yang sederhana.
"Saya melihat Neymar semakin merasa tak nyaman tiap harinya. Bahkan dengan semua yang Madrid lakukan untuk kami. Saya merasa saat itu bukan momen yang pas. Juninho pun setuju. Kami memutuskan untuk pulang ke Santos. Yang saya inginkan hanyalah dia bermain dengan kesenangan. Saya tidak memikirkan bahwa kami membuang kesempatan mendapatkan uang sebegitu besar," ujar Neymar Senior.
Dua tahun berselang, Neymar mendapatkan kontrak dari sebagai pemain bola profesional dari Santos. Dia masih berumur 16 tahun saat itu dan memutuskan untuk berhenti sekolah. Di musim pertamanya bersama Santos pada 2009, di langsung mendapatkan tempat di tim utama. Bermain 33 kali, dia menciptakan 10 gol dan 7 assist saat itu.
Pada 2010, tawaran dari dua klub Liga Inggris mampir ke meja Santos. West Ham mencoba memboyong pria 18 tahun itu dengan mahar 12 juta pound sterling. Namun tawaran itu ditampik Santos. Tawaran kedua lebih menggiurkan lagi. Chelsea bersedia menebus Neymar dengan bayaran 20 juta pound sterling.
Mendapat tawaran besar dari Chelsea, Presiden Santos Luis Alvaro, bimbang. Dia pun memutuskan agar Neymar menentukan nasibnya sendiri. Dalam perbincangan itu, Luis Alvaro mematikan lampu ruang kerjanya dan menunjuk sebuah kursi.
"Kursi ini adalah kursi pahlawan olahraga nasional kita. Sejak kematian Ayrton Senna, tak ada yang memiliki kursi ini. Jika Neymar Jr. tetap di Santos dan menolak proposal Chelsea, kamu akan mengambil langkah awal untuk menduduki kursi ini," ujar Neymar menirukan pernyataan Alvaro.
Legenda Santos sekaligus legenda sepak bola Brasil, Pele, sampai memanggilnya dan memintanya tetap bermain bersama Santos. Meskipun harus menahan mimpinya untuk bermain di Eropa, Neymar dan ayahnya pun menuruti permintaan itu.
Musim itu, dia memenangkan Piala Brasil atau yang biasa dikenal dengan Campeonato Paulista. Dia mencetak 14 gol dalam 19 pertandingan di kompetisi itu. Dia juga menyabet gelar sebagai pemain terbaik saat itu. Neymar juga membawa Santos menjadi juara Liga Brasil tahun itu.
Selanjutnya: Neymar bagian 4:Awal Muram dan Kasus Pajak di Barcelona
BERBAGAI SUMBER|FEBRIYAN