TEMPO.CO, Jakarta -Manajer Leicester City, Claudio Ranieri, mengaku timnya tak memiliki beban jelang melawat ke kandang Arsenal Ahad malam nanti. Dia mengatakan bahwa Leicester adalah tim yang terus bermimpi meskipun harus gagal meraih gelar Liga Inggris di akhir musim nanti. Dia menilai justru Arsenal lah yang memiliki beban untuk mengalahkan timnya karena mereka berambisi mengakhiri puasa gelar Liga Inggris.
"Tekanan pada kubu lawan. Katakan kepada saya kenapa kami memiliki beban? Kenapa saya harus merasakan tekanan? Kami hanya terus bermimpi dengan suporter kami," ujarnya dalam konferensi pers jelang pertandingan malam nanti. "Saat ini saya harap para penjudi benar. Mereka hanya bisa berbicara, tidak memberikan angka. Berikan saya angka."
Leicester saat ini berada di posisi puncak Liga Inggris dengan 53 angka. Mereka unggul 5 angka dari Tottenham dan Arsenal di posisi kedua dan ketiga yang mengantongin angka sama, 48. Mereka memiliki peluang besar menjadi juara Liga Inggris musim ini. Alasannya, setelah laga melawan Arsenal, Leicester hanya memiliki dua laga melawan tim yang saat ini berada di posisi enam besar.
Sementara bagi Arsenal, laga malam nanti merupakan kesempatan emas untuk mengurangi desifit angka mereka. Skuad asuhan Arsene Wenger memiliki modal yang cukup kuat kala menjamu Leicester. Mereka adalah satu dari dua tim yang mampu mengalahkan Jamie vardy cs di Liga Inggris. September lalu, Mesut Ozil cs berhasil membungkam Leicester 5-2 di stadion King Power.
Tak hanya itu, Arsenal juga memiliki sejarah bagus kala bertemu The Foxes. Mereka tak terkalahkan dalam 18 laga terakhir melawan Leicester. Kekalahan terakhir Arsenal adalah pada 1994 saat Leicester menekuk mereka dengan skor 2-1.
Namun rekor Arsenal itu mendapat tantangan dari Leicester. Skuad asuhan Claudio Ranieri hanya kalah satu kali dalam laga tandangnya musim ini.
Pelatih Arsene Wenger bertekad untuk mengulangi kemenangan pada pertemuan pertama itu. Menurut dia, timnya akan bermain menyerang dan berharap Leicester pun akan bermain terbuka.
BBC|FEBRIYAN