TEMPO.CO, Jakarta - FIFA mengkonfirmasi bahwa dua anggotanya yang terkena skors, Indonesia dan Kuwait, masih dilarang untuk memberikan suara pada pemilihan presiden badan sepak bola itu pada Jumat besok. Hal itu dapat menjadi hantaman bagi kandidat kuat Sheikh Salman bin Ebrahim Al Khalifa.
Sheikh Salman, anggota Kerajaan Bahrain, mengepalai Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC), di mana Indonesia dan Kuwait merupakan anggotanya. Ia akan bersaing dengan empat kandidat lain untuk memperebutkan kursi Presiden FIFA.
Baca: Banding, Sanksi Blatter dan Platini Dikurangi Jadi 6 Tahun
Ia mendapat dukungan dari komite eksekutif AFC dan mengincar blok dukungan dari benua itu pada persaingan ketat melawan penantang utamanya, Gianni Infantino, yang merupakan pelaksana ketua sepak bola Eropa.
Dua pertiga suara mayoritas akan diperlukan untuk mengamankan kemenangan di putaran pertama yang kelihatannya akan sulit diraih kandidat mana pun, sehingga pemilihan dapat berlangsung dalam dua putaran.
Baca: Beckenbauer Dijatuhi Sanksi oleh Komite Etik FIFA
Hanya diperlukan suara mayoritas untuk memenangi putaran kedua pemilihan. Dengan dua anggota yang diskors, 207 anggota FIFA lainnya berhak mengikuti pemungutan suara pada kongres di Zurich, Swiss.
Pada pertemuan yang berlangsung pada Rabu, komite eksekutif FIFA "merekomendasikan Kongres Luar Biasa dipilih pada Jumat dengan kedua kasus akan diselesaikan pada Kongres biasa selanjutnya di Meksiko," pada Mei, demikian pernyataan FIFA.
Baca juga: Pemilihan Presiden FIFA Dilakukan Jumat, Ini 5 Kandidatnya
Hal ini berarti para petinggi FIFA telah memutuskan bahwa dua skors itu tetap dikenakan, dan masalah itu akan kembali ditinjau dalam tiga bulan.
Ketika pertemuan kongres dilakukan pada Jumat, negara mana pun dapat membuka perdebatan mengenai Indonesia atau Kuwait.
Namun, menyusul keputusan komite eksekutif, kemungkinan besar tidak akan ada debat lebih lanjut yang dapat membuat status kedua negara itu dipulihkan dan dapat mengikuti pengambilan suara.
Baca: AFC Gulirkan Dukungan untuk Sheikh Salman Jadi Presiden FIFA
Indonesia diskors dari sepak bola internasional pada Mei setelah pemerintah berupaya mengganti asosiasi sepak bola negara itu.
Kuwait diskors pada Oktober karena pemerintah mereka diduga mengintervensi sepak bola di negara Teluk tersebut, demikian AFP.
ANTARA