Apakah posisi Sekjen PSSI masuk daftar target karier Anda?
Bukan posisi sekjen-nya, bukan pula PSSI-nya. Ibarat anak kecil yang jatuh cinta terhadap luar angkasa, bukan berarti suatu saat ia ingin bekerja di NASA. Tapi ini soal berkompetisi dengan kita sendiri mengenai kontribusi di dunia sepak bola lebih besar lagi, lebih dalam lagi.
Apa yang membuat Anda yakin bisa menjalani tugas sebagai sekjen?
Pertama, saya tumbuh di lingkungan yang menikmati sepak bola. Saya dikenalkan kepada sepak bola layaknya masyarakat Indonesia mengenal olahraga ini. Lalu, saya kaitkan keahlian dan keilmuan saya dengan sepak bola.
Di era modern ini, sepak bola atau apa pun itu, untuk maju bukan lagi berbicara soal kepemilikan, melainkan kolaborasi. Artinya, kalau mau mengembangkan sesuatu harus mengkolaborasikan satu ilmu dengan ilmu lainnya. Sepak bola harus bisa begitu agar berkembang sebagai industri.
Sesulit apa proses seleksi yang Anda lalui?
Kalau dibilang susah, ya susah, sih. Seleksinya terdiri atas lima tahap. Pertama, psikotes komprehensif. Saya ikut psikotes dari pagi sampai malam. Kemudian ada tes kesehatan, penilaian individu, membuat esai tentang sepak bola, diskusi kelompok, dan terakhir wawancara dengan Komite Eksekutif PSSI.
Apa saja tugas Sekjen PSSI?
Ibarat perusahaan, Sekjen PSSI adalah seorang CEO. Porosnya sebuah organisasi. Penggeraknya organisasi, ya, kami ini. Tugasnya menjalankan arahan, visi, dan misi ketua umum. Kami terjemahkan dalam bentuk apa.
Bisa dirincikan?
Sebenarnya pengelolaan PSSI kalau dikelompokkan sangat kompleks. Mencakup soal administrasi, kompetisi, standardisasi, pelatihan, pengembangan yang di dalamnya melingkupi wasit, pelatih, atlet perempuan, atlet muda, tim futsal, tim nasional, dan terus ke bawahnya.
Bicara soal bisnis, ada event, kerja sama, publikasi, serta program, yang berkaitan satu sama lain. Jadi, sebelum menjabat sekjen, saya tahu tugas pokoknya apa, meski tentu ketika nyemplung ada penyesuaian diri dan lain-lain.
Selanjutnya: Target perampingan