TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi menargetkan konflik Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) selesai pada Maret 2015. Menurut dia, pemerintah siap menjelaskan kepada FIFA soal kondisi persepakbolaan Indonesia yang mengharuskan pemerintah mengintervensi PSSI.
"Maret harus sudah selesai, karena kalender kompetisi FIFA dan AFC juga akan mulai pada bulan-bulan itu," ucapnya kepada Tempo, Selasa, 6 Oktober 2015.
Indonesia mendapatkan sanksi dari FIFA setelah pemerintah membekukan PSSI. Indonesia tak diperbolehkan mengikuti kompetisi sepak bola yang diselenggarakan badan sepak bola dunia itu. Pembekuan yang dilakukan pemerintah merupakan bagian dari konflik tak berujung di tubuh PSSI.
Pemerintah sudah membuat Tim Transisi untuk melakukan kajian guna mencari solusi atas konflik PSSI. Dua rekomendasi Tim Transisi adalah menyelenggarakan Kongres Luar Biasa PSSI, membuat federasi baru, serta menghapus PSSI.
Untuk menyelesaikan masalah ini, FIFA sudah menunjuk tiga perwakilannya untuk berkunjung ke Indonesia. Mereka adalah Kohzo Tashima dan HRH Prince Abdullah (FIFA), dan satu perwakilan Exco AFC, yaitu Mariano Araneta.
Soal kapan perwakilan FIFA hadir, Imam belum mengetahui jadwal pastinya. Namun Kementerian Pemuda dan Olahraga siap memberikan penjelasan kepada FIFA soal alasan pemerintah akhirnya harus mengintervensi PSSI.
"Kami akan jelaskan kepada FIFA bagaimana kompetisi yang digelar PSSI selama ini melanggar statuta FIFA sendiri. Misalnya sebuah klub itu harus profesional, harus punya stadion sendiri, dan harus punya pendanaan yang sehat. Semua matriks masalahnya sudah kami siapkan," ujarnya.
Soal bagaimana menyelesaikan konflik ini, Imam tampaknya lebih cenderung pada penyelenggaraan Kongres Luar Biasa PSSI. Pembubaran PSSI dan pembentukan federasi baru, menurut dia, sulit untuk dilakukan. "Karena nama PSSI itu bersejarah," ucapnya.
FEBRIYAN