TEMPO.CO, Jakarta - Induk sepak bola dunia (FIFA) akhirnya membentuk Komite Ad Hoc Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) melalui suratnya pada akhir pekan lalu. FIFA menunjuk bekas Ketua Umum PSSI Agum Gumelar sebagai Ketua Komite. Sedangkan anggotanya adalah perwakilan pemangku kepentingan sepak bola lain. "Semua nama tersebut berasal dari 11 usulan PSSI kepada FIFA yang kemudian dikoreksi menjadi 7 orang," kata Haryo Yuniarto, anggota Komite Etik PSSI.
Akmal Marhali, aktivis SaveOurSoccer, menyatakan anggota komite memang mewakili pemangku kepentingan di luar PSSI. Namun semua tokoh tersebut merupakan representasi PSSI. Misalnya perwakilan Indonesia Super League, Joko Driyono, yang tak lain adalah bekas Sekretaris Jenderal PSSI; perwakilan sepak bola wanita Monica Desideria, yang juga anggota Komite Sepak Bola Wanita PSSI; serta perwakilan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), Mahfudin Nigara, yang notabene Wakil Ketua Komisi Banding PSSI. "Dengan komposisi Komite Ad Hoc itu, saya kurang yakin akan terjadi perubahan di sepak bola Indonesia," tuturnya.
FIFA membentuk Komite Ad Hoc Reformasi PSSI untuk menyudahi sengkarut sepak bola nasional yang berlangsung hampir setahun ini. Keberadaan komite itu diusulkan delegasi FIFA yang berkunjung ke Indonesia pada awal November lalu. Namun wadah ini sempat ditentang pemerintah lantaran tak diberi tahu sebelumnya.
Delegasi FIFA, kala bertemu dengan Presiden Joko Widodo, hanya menyepakati pembentukan tim kecil, sedangkan Komite Ad Hoc tercetus setelah delegasi FIFA bertemu dengan PSSI. Pemerintah lantas emoh bergabung dalam Komite Ad Hoc hingga saat ini.
Gatot S. Dewa Broto, juru bicara Kementerian Pemuda dan Olahraga, mengatakan pemerintah kecewa terhadap pembentukan Komite Ad Hoc. Sebab, semua anggotanya berasal dari usul PSSI. "Seharusnya FIFA itu bersikap adil. Anak kecil pun tahu kalau ada vote keputusan, perwakilan kami akan kalah," ujarnya. "Dengan begini, tujuan pembenahan tata kelola sepak bola tidak akan sesuai dengan harapan," tuturnya.
TRI SUHARMAN