TEMPO.CO, Kediri - Nasib Persik Kediri makin menyulut iba. Klub sepak bola bekas juara Liga Indonesia dua kali itu harus menjalani pertandingan dengan modal bus pinjaman.
Tak ada lagi bekas kejayaan tim berjulukan Macan Putih kebanggaan masyarakat Kediri ini. Setelah ditinggal pergi para pemain bintangnya hingga menyisakan pemain muda dan veteran, manajemen Persik terus terpuruk. Pengelola klub bahkan berutang gaji kepada pemainnya.
Sekretaris Umum Persik Barnadi mengatakan pengurus klub terpaksa mengandalkan uang penjualan tiket pertandingan sebagai modal operasional sehari-hari. Langkah ini ditempuh setelah tak ada pemasukan sama sekali dari PT Liga dan sponsor kepada klub itu.
Apalagi Pemerintah Kota Kediri yang selama bertahun-tahun memasoknya dari dana APBD mendadak dilarang. “Sekarang kami ngumpulin uang dari masyarakat,” kata Barnadi kepada Tempo, Kamis, 17 Maret 2016.
Dia mencontohkan, dari pertandingan terakhir yang digelar Persik saat menjamu kesebelasan Persatu Tuban, Minggu, 13 Maret 2016, di Stadion Brawijaya Kediri, berhasil dikumpulkan uang sekitar Rp 100 juta.
Uang itu diperoleh dari penjualan tiket yang masuk ke panitia untuk membiayai keperluan Persik. Kala itu panitia mematok harga tiket Rp 20 ribu untuk tribun ekonomi dan Rp 40 ribu untuk kelas utama.
Sebelumnya, Persik juga menggelar pertandingan uji coba dengan mengundang Persis Solo dan Persenga Ngawi di Kediri untuk menyambung hidup. Meski pertandingan tersebut hanya untuk mengumpulkan modal, Barnadi sangat berterima kasih kepada pemain yang tampil all out.
Dibuka dengan kemenangan telak atas Persis Solo lima gol tanpa balas, Persik melibas Persinga Ngawi 2-0, dan ditutup dengan kemenangan 2-1 atas Persatu Tuban.
Selain untuk membayar gaji pemain yang sempat tak terbayar dan operasional klub, hasil tiga pertandingan itu akan digunakan Persik Kediri sebagai modal mengikuti Indonesia Soccer Championship (ISC) yang akan dimulai pada April 2016.
Menurut Barnadi, timnya akan bertanding melawan Madiun Putra dalam laga tersebut di Madiun. Untuk itu, dia terpaksa mengajukan pinjaman bus kepada Pemerintah Kota Kediri sebagai sarana transportasi ke Madiun. “Karena minta uang tidak boleh, lumayan dapat pinjaman bus,” katanya.
Dia berharap kondisi ini membuat sejumlah perusahaan swasta tergerak menjadi sponsor. Apalagi semangat skuad Persik Kediri masih membara dan teruji dalam beberapa pertandingan persahabatan terakhir.
Barnadi juga berharap PT Liga bisa membayar hak siar kepada Persik dalam pertandingan ISL lalu sebesar Rp 235 juta.
Kepala Bagian Humas Pemerintah Kota Kediri Apip Permana memastikan pemerintah mendorong Persik mengikuti kompetisi ISC. Namun pemerintah tak akan menggelontorkan uang karena terikat dengan aturan Kementerian Keuangan. “Kita akan support dengan fasilitas seperti bus,” katanya.
HARI TRI WASONO