TEMPO.CO, New York - Penyiar sekaligus kritikus media asal Inggris, John Oliver, berpendapat satu-satunya pihak yang bisa menyingkirkan Presiden FIFA Sepp Blatter adalah para perusahaan sponsor. Sebelumnya, 14 orang termasuk tujuh pejabat FIFA ditangkap di Swiss atas tuduhan pemerasan, penipuan, dan pencucian uang lewat bukti transfer rekening dan sogokan uang. (Baca: KRISIS FIFA: Pangeran Ali Siap Gantikan Sepp Blatter)
Kejaksaan Agung Amerika Serikat menduga suap berasal dari kontrak-kontrak penyiaran yang bekerja sama dengan FIFA. Misalnya, Fox, Telemundo, TSN Kanada, dan beberapa perusahaan lain seperti Mc Donald, Budweiser, Nike, Adidas, Visa, Coca-Cola, dan Hyundai. Oliver juga menawarkan kepada sponsor FIFA, jika mereka dapat menarik dukungan dari organisasi, dan membantu menyingkirkan Blatter.
Oliver mengatakan pendapatan terbesar FIFA berasal dari hak siar media. "Pendapatan yang dihasilkan oleh hak media dan pemasaran yang terkait dengan sepak bola merupakan sumber penting pendapatan untuk perusahaan," dalam surat dakwaan. Menurut dia, jika FIFA dituduh melakukan pencucian uang, tanggung jawabannya akan jatuh ke perusahaan-perusahaan yang mungkin telah memberikan uang. (Baca pula: Bukan Plattini dan Ali, Siapa Calon Kuat Pengganti Blatter?)
"Penyelidikan menunjukkan adanya hubungan kuat antara uang sponsor dan suap," kata seorang profesor hukum bidang olahraga, Robert Boland. "Pertanyaannya, apakah sponsor itu wajib?"
Para pejabat Kejaksaan Agung mengatakan mereka masih melakukan penyelidikan, termasuk apakah sponsor bisa dikenakan tuduhan yang sama. Boland mengatakan perusahaan harus mengaudit kerja sama dengan FIFA. Beberapa sponsor telah terlibat skandal FIFA, seperti yang disebutkan Kejaksaan Agung. Sangat memungkinkan jika kasus korupsi yang terkuak ini mendorong sponsor mengambil tindakan tegas kepada FIFA. (Baca: SKANDAL SUAP FIFA: Kini Mengarah ke Sekjen Jerome Valcke)
Miliarder Richard Branson, yang memimpin London Marathon, mengecam sponsor FIFA. Ia berharap para sponsor mempertimbangkan kembali komitmen mereka mendukung FIFA. "Uang sponsor tampaknya ikut andil mempertahankan sistem yang korup ini selama beberapa dekade. Saya tidak bisa membayangkan risiko yang lebih besar jika setiap merek perusahaan nyata terlibat kejahatan terorganisir," kata Branson.
Sebetulnya, perusahaan sponsor tak perlu takut kehilangan pelanggan karena kebanyakan orang membeli produk mereka bukan karena dorongan dari induk organisasi sepak bola dunia itu. Mereka tak akan kehilangan uang. Buktinya, perusahaan kerap memutus kontrak para atlet profesional yang terlibat masalah.
FIFA memang memonopoli sepak bola hingga menjadi olahraga paling populer di dunia dan target pemasaran perusahaan multinasional. Tercatat, siaran Piala Dunia tahun lalu meraih rating televisi tertinggi dalam sejarah. Kendati begitu, perusahaan para sponsor FIFA memiliki kemampuan untuk mengubah organisasi induk sepak bola dunia itu jadi lebih baik.
NEW YORKER | PUTRI ADITYOWATI