TEMPO.CO, Jakarta - Sebelum tampil di kandang Madura United, Sabtu, 24 Agustus 2019, Bambang Nurdiansyah mengatakan ia masih dalam taraf observasi untuk kembali menjadi pelatih PSIS Semarang setelah puluhan tahun. PSIS kemudian kalah 0-3 di Madura dan Sabtu mendatang, 31 Agustus, Bambang bakal memimpin PSIS pada laga tandang lagi yang sulit di markas Arema FC.
Debut kembalinya mantan bintan penyerang tim nasional Indonesia ini menangani PSIS –setelah yang pertama di era Liga Indonesia- ditandai dengan hasil 0-0 di kandang Bhayangkara FC dan kalah tiga gol tanpa balas di markas Madura United.
Dua hasil tersebut sudah cukup buat Bambang Nurdiansyah untuk memimpin PSIS melawan Arema FC, tim yang berasal dari kota asalnya, Malang, Jawa Timur.
Bambang Nurdiansyah lahir di Banjarmasin 58 tahun lalu. Tapi, ia besar di Malang, bersekolah di STM, merintis karier sepak bolanya bersama klub Indonesia Muda, lantas pindah ke Surabaya, sebelum ditarik almarhum Abdul Kadir untuk menjadi “Gerd Muller-nya” Arseto pada era keemasan Galatama.
Bambang yang juga akrab dipanggil Banur ini juga pernah menjadi pelatih Arema, selain sahabat dari pendiri klub Arema, Lucky Acub Zaenal.
Jadi soal tekanan mental bermain di kandang Arema FC, Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Sabtu mendatang karena kehadiran suporter Aremania bukan menjadi masalah buat Bambang Nurdiansyah.
Yang menjadi persoalan buat Banur adalah tingkat keberhasilan meningkatkan kualitas teknik, stamina, dan konsentrasi melawan Arema FC.
Maklum Arema FC baru saja kalah 1-2 di kandang Bali United. Pelatih asal Bosnia, Milomir Seslija, sebagai suporter Aremania tentunya kalah lagi dari tim yang ditangani salah seorang warganya, Bambang Nurdiansyah.