TEMPO.CO, Jakarta - Sejak awal ketika Harry Maguire masuk ke Manchester United sebagai bek termahal di dunia dengan harga transfer 80 juta pound sterling atau sekitar Rp 1,43 triliun dari Leicester City pada 2 Agustus 2019, sudah ada kritik bahwa sebagai bek tengah, Maguire punya kelemahan lamban menghadapi lawan yang punya kepiawaian melakukan kedutan atau kecepatan melakukan sprint.
Hal itu terlihat dari kekalahan 0-2 Manchester United dari Burnley dalam pertandingan Liga Primer Inggris dinihari tadi, 23 Januari 2020, di Stadion Old Trafford, Manchester.
Dari sebuah kemelut pada menit ke-39, penyerang Burnley, Chris Woods, menguasai bola lambung. Dengan sekali gebrakan, Woods menjebol gawang David de Gea dan Maguire yang berada tepat di sampingnya telat melakukan tackle.
Pada babak kedua menit ke-56, dari kombinasi kerja sama umpan satu-dua sentuhan, penyerang Burnley lainnya, Jay Rodriguez, berhasil menerobos pertahanan Manchester United dan tinggal beradu sprint dengan Maguire. Kembali, bek tengah tim nasional Inggris pada semifinal Piala Dunia 2018 lagi-lagi telat menutup pergerakan Rodriguez sehingga pemain Burnley bisa membobol gawang United untuk kedua kali.
Sejak Agustus tahun lalu itu sudah ada analsisis bahwa kelambanan Harry Maguire di antara sejumlah kelebihannya, yaitu antara lain tajam membaca jalannya pertandingan, umpan-umpannya akurat, dan jago sundulan, akan memberatkan Manchester United.
Setelah 13 bulan menangani Manchester United, Ole Gunnar Solksjaer tak punya jawaban jiitu untuk menurunkan seorang bek tengah lain yang bisa menutup kelemahan Harry Maguire tersebut.
Inilah yang membedakan dengan bek tengah termahal di dunia sebelumya dengan nilai transfer 70 juta pound di Liverpool, Virgil van Dijk. Ketika Dejan Lovren masih cedera, Jurgen Klopp mampu menghadirkan pemain muda Inggris, Joe Gomez, sebagai mitra ideal di posisi bek tengah.
Pekan lalu, ketika Manchester United tumbang 2-0 di Stadion Anfield, salah satu gol Liverpool berasal dari aksi Virgil van Dijk ini.
Harry Maguire baru saja menjadi kapten Manchester United. Tapi, ia belum bisa menjadi sosok pemimpin yang kuat di lapangan buat rekan-rekannya. Sementara pemain senior yang sudah lama menjadi kapten Manchester United, Ashley Young, malah dibiarkan pergi ke Inter Milan.