TEMPO.CO, Jakarta - Sampai kapan kesabaran Lionel Messi akan bertahan? Ini adalah judul yang dipakai media Spanyol, Marca, untuk menggambarkan kondisi Barcelona seusai dipermalukan Bayern Munchen 2-8 di babak perempat final Liga Champions.
Barcelona adalah Messi dan Messi adalah Barcelona. Hal itu, sejauh ini, dipahami banyak orang. Namun, sampai kapan Messi bersabar menghadapi keadaan di Barcelona?
Rumor soal ketidakpuasannya sudah mengemuka sepanjang musim ini. Hubungannya yang tak harmonis dengan petinggi Barcelona juga terus jadi sorotan media.
Baca Juga: Lionel Messi, Sosok yang Hancur di Ruang Ganti Barcelona
Setelah Barca gagal mempertahankan gelar La Liga, yang direbut Real Madrid, Messi sempat berujar bahwa Barcelona tidak cukup baik untuk memenangi Liga Champions. Timnya harus berubah.
Tapi, bukannya perubahan, yang terjadi adalah penurunan. Level permainan saat melawan Bayern, dinilai Marca, membuat Barca bahkan tak bisa dianggap sebagai tim unggulan. Itu bukan level tim mantan juara.
Messi terpukul, sudah pasti. Seusai laga itu, ia termangu-mangu sendirian di ruang ganti. Tatapan matanya, digambarkan Marca, terlihat kosong.
Baca Juga: Liga Champions: Presiden Barcelona Beri Sinyal Akan Pecat Quique Setien
Messi tengah menjalani periode terburuk dalam kariernya. Inilah untuk pertama kalinya, ia gagal meraih trofi sejak 2006/07.
Dengan jejak kehebatannya di Barcelona, Messi sudah disejajarkan dengan legenda besar sepak bola, termasuk Johan Cruyff, Diego Maradona, Ronaldinho, dan Pep Guardiola. Tapi, tak seperti pendahulunya, kini Messi memiliki noda besar dalam kariernya: kekalahan 2-8 dari Bayern Munchen.
Baca Juga: 7 Rekor Tercipta setelah Laga Barcelona Vs Bayern Munchen Berakhir 2-8
Seusai hasil tragis di Liga Champions ini, menurut Marca, hanya Messi yang akan bertahan di Barcelona. Itu jika pemain Argentina itu tidak kehabisan kesabaran. Pelatih, pengurus klub, juga pemain senior lain, semuanya akan tersapu tsunami akibat kekalahan memalukan di Liga Champions itu.
MARCA