TEMPO.CO, Jakarta - Louis van Gaal, mantan pelatih Barcelona, pernah berkata, “Kalian menulis semua yang ada di pikiran kalian,” untuk menanggapi isu yang berkembang. Fakta bahwa Lionel Messi sudah meminta hengkang dari Barcelona, melalui faksimile yang dikirim ke klub Catalan itu, pada Selasa, 25 Agustus 2020, mengingatkan kepada pernyataan Van Gaal itu.
Baca Juga: Messi Mau Hengkang dari Barcelona, Eks Presiden Real Madrid Bela Bartomeu
Kabar itu segera memunculkan begitu banyak rumor, termasuk yang paling genting ada informasi bahwa Lionel Messi sangat marah ketika Ronald Koeman, pelatih baru, bilang kepadanya, “Keistimewaan anda di skuad sudah berakhir. Anda harus melakukan segalanya untuk tim. Saya akan menjadi tidak fleksibel. Anda harus memikirkan tim.”
Pernyataan Ronald Koeman yang dianggap kian menebalkan niat Messi untuk meninggalkan Barcelona, menurut Marca English, AS English, dan Sport, dikutip dari Diaro Ole, koran olahraga di Argentina.
Pernyataan Ronald Koeman yang dinilai menggusarkan Lionel Messi semakin mempermarak berita-berita prediksi tentang kemungkinan klub yang yang bisa menampung Messi dan mengerucut kepada Inter Milan dan Manchester City.
Paris Saint-Germain kemungkinan berat karena mereka sudah mendapatkan Neymar dan Kylian Mbappe dengan harga sangat mahal. Kalau pemasukan tidak sebanding dengan pengeluaran pada kondisi keuangan terakhir, PSG bisa terganjal peraturan Financial Play UEFA jika merekrut Messi dengan harga kontrak pasti jauh lebih mahal –dalam kondisi bebas transfer atau sebaliknya- di atas Nyemar dan Mbappe.
Lionel Messi dan Ronald Koeman sejauh ini belum menyanggah atau membenarkan pernyataan yang membuat ikon Barca semakin bertekad untuk meninggalkan Camp Nou.
Tentang hal ini ada yang menarik karena AS English juga memberitakan bagaimana kabar bahwa Lionel Messi sudah berbicara dengan istrinya mau pindah ke Manchester City dengan bereuni dengan Pep Guardiola ternyata adalah berita palsu. Audio suara Lionel Messi ternyata hasil rekayasa.
Sampai saat ini, penyataan resmi Barcelona mengenai Lionel Messi baru disampaikan pada konferesi pers menyambut pemain baru, Francisco Trincao, pada Rabu, 26 Agustus 2020.
Saat itu, Direktur Teknik FC Barcelona, Ramon Planes, menjawab pertanyaan soal Lionel Messi.
“Kami sedang bekerja untuk membangun tim pemenang dengan pemain muda, tetapi dengan sangat menghormati para pemain yang telah menang begitu banyak," jelas Planes.
"Kami tidak bisa menjadikan ini perselisihan antara Leo Messi dan Barcelona, karena keduanya tidak pantas mendapatkannya. Kami akan melakukan banyak pekerjaan untuk mencapai (tim) Barcelona yang menang."
Lionel Messi sudah 16 musim di tim senior di Barcelona sejak direkrut dari Argentina untuk dimasukkan kepa Akademi La Masia pada usia 13 tahun. Ia sudah membawa Barca menjuarai La Liga Spanyol 10 kali, Liga Champions empat kali, dan Piala Dunia Antarklub tiga kali.
Selain itu, Messi meraih penghargaan pemain terbaik dunia selama di Barcelona sebanyak enam kali.
Jadi wajar dan adalah sebuah fakta bahwa sebagian suporter Barcelona melakukan demonstrasi di Camp Nou dan menuntut Josep Maria Bartomeu mengundurkan diri sebagai presiden FC Barcelona. Bartomeu dinilai yang membuat Messi semakin tak kerasan di Barca.
Lionel Messi juga masih bisa bermain bagus pada usia 33 tahun sekarang. Tapi, fakta bahwa sudah sejak empat musim terakhir, ia tak bisa menyelamatkan Barcelona dari kekalahan telak sebelum memasuki final Liga Champions juga tak bisa dihapus, termasuk kekalahan 2-8 dari Bayern Munich pada perempat final Liga Champions musim ini.
Lionel Messi berhak menjadi ikon Barcelona, lebih dari “sekadar” bintang sepak bola di Barca, dan karena itu berhak menyuarakan ketakpuasannya terhadap kinerja Jose Maria Bartomeu sebagai presiden klub selama lima tahun terakhir.
Tapi, bukankah Lionel Messi juga harus tunduk kepada “hukum” sepak bola profesional? Ketika makin menua dan secara hukum alam pelan atau cepat menggerus skill individunya, yang disebut Arsene Wenger berasa dari planet lain, apakah ia tetap berhak untuk tetap diistimewakan?
Sepak bola kompetitif dan profesional, bagaimana pun tinggi cita rasa artistiknya, pada akhirnya adalah sepak bola resultat: menang atau kalah, gagal atau juara. Dan, karena itu, ketika seorang bintang atau sekumpulan bintang sudah menua, ia harus diganti karena tak bisa lagi memberi kemenangan. Ini juga sangat penting buat bisnis sepak bola.
Semua pemain sepak bola yang sudah menjadi ikon jauh sebelum Lionel Messi mengalami hal itu dan mungkin ada yang sempat terlibat konflik, baik sewaktu masih di lapangan maupun sudah jadi pelatih. Tapi, pada akhirnya, mereka rata-rata tahu diri dan lantas mau menepi dengan tak menimbulkan kehebohan.
Kita bisa melihat pada sejarah Pele, Franz Beckenbauer, Johan Cruyff, Steven Gerrard, dan Andrea Pirlo untuk menyebut beberapa nama. Mereka kemudian menjalani semacam liburan sebelum pensiun. Beckenbauer, Cruyff, dan Pirlo bermain di Liga Sepak Bola Amerika Serikat sebelum gantung sepatu atau Cruyff melatih di klub lain sebelum balik ke ibukota Catalan dan dielu-elukan sebagai warga Catalonia sejati.
Lionel Messi berhak marah dan berhak minta pindah. Sebagian suporter Barcelona juga berhak marah kepada Josep Maria Bartomeu. Tapi, jika negosiasi Batomeu dan kawan-kawan dengan Messi agar ia mau bertahan gagal, pada salah satu sisi: tak perlu berlarat-larat menyampaikan tangisan kepada Messi.
Romantisme yang berlebihan itu menjebak. Dan, janji salah satu kandidat presiden FC Barcelona bahwa kalau ia terpilih, ia akan segera membuat Lionel Messi mau bertahan dan memecat Ronald Koeman, bisa dinilai sebagai bagian dari menjual romantisme itu.
Linonel Messi akan berusia 34 tahun pada masa kampanye pemilihan presiden FC Barcelona pada 2021. Bisakah ia melawan gravitasi alam selama ini, untuk bisa bermain hebat di Camp Nou sampai beberapa tahun lagi?