FA sendiri sebenarnya disebut telah mengetahui proposal Liverpool dan Manchester United tersebut. Menurut laporan tersebut, salah satu petinggi FA, Greg Clarke, telah terlibat dalam diskusi penyusunan proposal itu dalam beberapa bulan terakhir.
Meskipun demikian, menurut Daily Mail, posisi FA belum dapat ditentukan karena ada kekhawatiran soal penghapusan ajang Community Shield dalam proposal tersebut. Padahal, ajang tersebut mendatangkan dana yang besar bagi FA dari hak siar. Dana tersebut sebagian digunakan untuk kegiatan amal.
EFL, otoritas Liga Inggris untuk divisi di bawah Liga Primer, disebut siap mendukung rencana tersebut. Ketua EFL, Rick Parry, menurut Daily Mail, menilai proposal tersebut bisa membantu tim-tim di divisi bawah untuk selamat dari ancaman krisis ekonomi karena pandemi Covid-19.
Akan tetapi suara Parry kabarnya tak didukung tim-tim yang berada di bawah naungan EFL. Mereka menilai proposal tersebut justru bisa menimbulkan masalah baru ketimbang menyelesaikan masalah yang ada.
Perdana Menteri Inggris, Borris Johnson, melalui juru bicaranya pun menyatakan tak setuju dengan proposal tersebut. Dia menilai proposal tersebut sebagai kesepakatan di belakang layar yang menodai kepercayaan dalam tata kelola sepak bola di Inggris.
Liga Inggris sendiri diakui sebagai liga dengan jadwal terpadat di benua Eropa, bahkan mungkin di dunia saat ini. Hal itu tak lepas dari keberadaan tiga kompetisi di level domestik. Selain Liga Inggris, tim-tim di sana juga harus berkompetisi di Piala FA dan Piala Liga atau yang kini disebut sebagai Carabao Cup.
Hal itu tentu saja membuat tim-tim besar yang berlaga di kompetisi Eropa - Liga Champions dan Liga Europa - seperti Liverpool dan Manchester United mengalami masalah karena jadwal yang sangat padat. Mereka tak jarang harus bermain setiap tiga hari sekali dan itu meningkatkan resiko cedera pemain.