TEMPO.CO, Jakarta - Legenda Liverpool Steven Gerrard menandai momen puncak karier manajer yang singkat dengan membawa Rangers menyabet gelar juara Liga Skotlandia musim ini. Tim asuhannya memastikan meraih gelar tersebut untuk pertama kalinya setelah 2011 saat kompetisi masih menyisakan enam pertandingan.
Di waktu bersamaan, mantan klubnya mengalami kekalahan kandang atas Fulham 1-0 dalam lanjutan Liga Inggris. Itu adalah kekalahan kandang keenam berturut-turut yang dialami The Reds. Hasil ini membuat harapan mereka untuk bisa finis di urutan keempat tampak semakin menipis.
Sukses menangani klub Skotlandia itu membuat Gerrard dikaitkan dengan kemungkinan menjadi sosok yang pas sebagai penerus Jurgen Klopp untuk menangani Liverpool.
Baca Juga: Performa Buruk Liverpool dan Deja vu Jurgen Klopp di Borussia Dortmund
Gerrard, 40 tahun, yang sebelumnya bermain untuk Liverpool selama 17 tahun itu, digadang-gadang bisa memimpin bekas klubnya menuju kejayaan Liga Champions seperti saat ia berstatus sebagai pemain.
Steven Gerrard. Instagram/@Stevengerrard
Kapan waktu yang tepat bagi Gerrard kembali ke Anfield, hal itu masih menjadi teka-teki. Namun, sosoknya telah menjadi salah satu kandidat yang dinantikan bakal mewarisi kursi Klopp di ruang ganti Liverpool suatu hari nanti. Apa yang dilakukannya di Rangers bisa jadi diterapkan pula di Liverpool.
Gerrard telah melakukan banyak perubahan penting saat menangani Rangers. Selama tiga musim di Ibrox, dia mengasah gaya taktisnya, berkembang dengan tuntutan yang berubah dan personel baru di skuadnya untuk mendominasi musim 2020/2021.
Perubahan yang diterapkan Gerrard sebagian besar dapat dibagi menjadi tiga formasi yang berbeda, semuanya variasi 4-3-3, seperti yang digunakan di Anfield. Berikut tiga variasi taktis prinsip Gerrard di Rangers yang bisa ditransfer ke tim Liverpool.
Formasi 4-3-3
Pengalaman berlatih di akademi Liverpool pada masa remaja dan pengaruh Jurgen Klopp terhadap Gerrard terlihat jelas ketika dia pertama kali mengambil alih di Ibrox. Dia awalnya mengadopsi formasi 4-3-3 dengan trio lini tengah mirip dengan yang digunakan Klopp.
Pelatih Liverpool, Jurgen Klopp. REUTERS/Albert Gea
Ada penekanan tambahan pada full-back-nya untuk mendukung serangan. Semantara anak buahnya yang lain ditugasi untuk menyuplai bola untuk Alfredo Morelos sebagai titik fokus dalam serangan. Dalam banyak hal, itu adalah sistem kontrol yang mirip dengan formasi yang telah membawa Liverpool meraih kejayaan di Liga Champions dan Liga Inggris di bawah Klopp.
Dengan skuad yang sepenuhnya fit, susunan pemain pilihan pertama Gerrard di Liverpool mungkin akan serupa dengan yang digunakan oleh Klopp jika dia memilih kembali ke formasi itu.
Formasi 4-3-2-1
Selama musim pertamanya di Rangers, pasukan Gerrard berjuang untuk mengalahkan lawan. Masalah ini mirip dengan yang dihadapi Liverpool dalam beberapa pekan terakhir dan itu adalah saat penyesuaian awal.
Perubahan besar pertamanya yang menarik adalah mempersempit serangan dengan membawa pemain sayapnya ke dalam peran sebagai pemian nomor 10.
Kedatangan Jermaine Defoe dan larangan bermain terhadap Morelos membuat Gerrard berusaha memberikan dukungan lebih dekat ke penyerang barunya. Hasilnya, para pemain sayap turun lebih dalam sebagai playmaker sentral, sementara lebih banyak penekanan ditempatkan pada bek sayap untuk memberikan jarak.
Sistem ini memungkinkan Rangers membebani ruang antara bek sayap lawan dan bek tengah, dengan gelandang box-to-box juga mampu berlari ke dalam kotak di antara 10-an.
Setelah memperkuat stabilitas pertahanan Rangers, sistem tersebut memungkinkan mereka menjadi kurang satu dimensi dan lebih fleksibel dalam menyerang tanpa membuat mereka lebih terbuka.
Ketika Morelos kembali dan menggantikan Defoe, kedua pemain dalam 10 berlanjut dan juga membantu dengan permainan menekan ke depan.
Sejauh menyangkut Liverpool, sistem itu bisa menjadi salah satu dimensi baru dan mungkin cocok, terutama jika dikaitkan dengan keraguan tentang masa depan Mohamed Salah dan Sadio Mane di Anfield.
Full-back Trent Alexander-Arnold dan Andy Robertson akan bisa memberikan serangan melebar, sementara Roberto Firmino turun jauh dengan cara yang mirip dengan apa yang dilakukan Morelos di Rangers.
Penyerang Liverpool Diogo Jota, melakukan selebrasi bersama rekan setimnya usai mencetak gol ke gawang Brighton & Hove Albion dalam pertandingan Liga Inggris di stadion The American Express Community, 28 November 2020. Liverpool ditahan imbang Brighton 1-1. Pool via REUTERS/Neil Hall
Diogo Jota sepertinya cocok untuk peran pemain nomor 10 dalam, seperti halnya Curtis. Sementara Naby Keita mungkin adalah gelandang sempurna yang bisa diberi kebebasan untuk berlari ke kotak dan mengalahkan blok rendah yang sering mereka hadapi.
Formasi 4-2-3-1
Dominasi Rangers musim ini terlihat bergerak menjauh dari dalam 10 dan kembali ke bentuk 4-3-3 tetapi tanpa tiga gelandang. Formasinya sering menyerupai 4-2-3-1 dengan Scott Arfield diberi lebih banyak kebebasan sebagai kekuatan kreatif di belakang Morelos, atau 4-1-2-3 dengan Sean Davis di pangkalan sebagai poros tunggal.
Ini mungkin variasi paling jelas untuk diterapkan di Liverpool, dengan Mane dan Salah. Beberapa orang mempertanyakan ketidakmampuan Liverpool menemukan pengganti Philippe Coutinho.
Jika Gerrard memimpin Liverpool, menemukan playmaker baru mungkin akan menjadi prioritas, dengan Curtis Jones sebagai pemain yang memungkinkan untuk memainkan peran Arfield di Rangers. Yang terpenting, variasi 4-3-3 yang sekarang dipakai Gerrard memiliki tingkat fleksibilitas.
Arfield sering bermain di belakang Morelos dengan fokus lebih defensif berbasis pada dua orang, yang itu nyaman diisi oleh Fabinho dan Jordan Henderson di Liverpool.
Dengan melihat bagaimana Gerrard mengembangkan gaya permainannya saat menangani Rangers, menunjukkan bahwa legenda Liverpool itu melakukan banyak inovasi dalam menjalani perannya sebagai manajer.
Baca juga : Liverpool Vs Fulham 0-1, Jurgen Klopp Soroti Mental Timnya
Apa yang dilakukannya di Rangers bisa menjadi sinyal menjanjikan jika nantinya Steven Gerrard kembali ke Liverpool sebagai penerus Jurgen Klopp.
MIRROR