Suasana kacau itu diwarnai tewasnya satu orang di dekat pintu IX. Kepala Polres Jakarta Barat Komisaris Besar Hamidin mengatakan yang meninggal adalah pemulung tanpa identitas. "Dia meninggal bukan karena mengantre," ujarnya kepada Tempo melalui telepon.
Hamidin menjelaskan, lelaki itu sempat merasa tak enak badan dan meminta dikeroki kepada temannya. Namun tak lama kemudian pria berumur sekitar 45 tahun itu tak sadarkan diri, lalu meninggal.
Ribuan calon penonton, yang sebagian di antaranya sudah antre sejak kemarin dinihari, marah karena tak mendapat kepastian kapan pintu loket dibuka. Mereka yang berkumpul di pintu IV juga tidak menghiraukan hujan deras yang mengguyur. Suasana memanas saat massa berhasil menjebol pintu IV dan akhirnya memasuki stadion.
Menjelang sore, massa sempat "menyandera" Slamet, petugas keamanan PSSI, di Sektor 12 Stadion Utama Gelora Bung Karno. Slamet digiring dari kantor PSSI ke tribun penonton. Kepada massa, Slamet memberi penjelasan bahwa pengantre bisa menukarkan kupon antrean dengan selembar tiket.
Kepala Biro Operasional Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Sujarno akhirnya menenangkan massa dan menjanjikan penjualan tiket dilayani hingga malam hari sampai 15 ribu lembar tiket habis. Jumlah itu diyakini bisa mencakup calon penonton di dalam stadion, yang berjumlah sekitar 10 ribu orang.
Ketua Umum PSSI Nurdin Halid menuding kericuhan disebabkan oleh ulah provokator yang menyusup di antara pengantre. Pernyataan itu dibantah Hamidin. "Itu murni perbuatan calon penonton yang kecewa dan emosi, bukan provokator," kata Hamidin.
Hamidin mengatakan, sebelumnya polisi telah memberi saran kepada panitia agar tidak membatasi loket, mengingat begitu banyak calon pembeli. Dia juga menyarankan agar tidak terjadi antrean panjang dan agar panitia mengumumkan jaminan bahwa pengantre pasti mendapat satu tiket.
Ahmad, seorang calon penonton, menyayangkan sistem penjualan tiket yang tidak profesional. “Sistem penjualannya tidak jelas,” ujar dia.
Polisi kemarin menurunkan sekitar 300 personel. Mereka berasal dari Kepolisian Resor Jakarta Pusat, Kepolisian Sektor Tanah Abang, dibantu Kepolisian Sektor Johar Baru dan Cempaka Putih.
BASUKI RAHMAT | PUTI NOVYANDA | RATNANING