TEMPO.CO, Malang - Tim Arema Indonesia besutan Milomir Seslija paling berpeluang menghadapi Persija Jakarta dalam laga tandang perdana kompetisi Liga Prima Indonesia (LPI) yang akan dihelat di Stadion Wilis, Madiun, pada Sabtu, 7 Januari 2012. "Tim yang terdaftar di PSSI (yang betanding lawan Persija)," kata Noor Ramadhan alias Nunun, juru bicara Arema Indonesia LPI, kepada Tempo, Senin, 2 Januari 2012.
“Saya tak sebut tim yang mana karena kita sudah memahami masalahnya dan tidak ada lagi yang ada harus merasa paling benar,” kata Noor. Jamak diketahui 25 pemain asuhan Milo yang didaftarkan ke PSSI. Pendaftaran pemain dilakukan dua kali oleh Agung Setyo Nugroho, manajer tim Arema LPI versi Muhamad Nur. Sebanyak 23 pemain didaftarkan pada 5 Desember dan dua pemain lagi—Gunawan Dwi Cahyo dan Ahmad Kurniawan—didaftarkan pada 6 Desember.
Sumber Tempo di lingkaran dalam Arema LPI menginformasikan Noh Alam Shah alias Along dan kawan-kawan paling berpeluang dan paling berhak melawan Persija berdasarkan manual yang dibuat PT Liga Prima Indonesia Sportindo.
Pertama, berdasarkan Pasal 35 halaman 34 manual disebutkan bahwa pendaftaran pemain paling lambat tujuh hari sebelum pertandingan pertama dilakukan. Sebenarnya, sesuai jadwal kompetisi yang dirilis LPIS, pertandingan perdana Arema adalah melawan tuan rumah Persipura Jayapura pada Selasa, 26 November 2011, lalu disusul dengan laga tandang kedua melawan Persidafon Dafonsoro pada Selasa, 29 November tahun lalu.
Namun Persipura dan Persidafon juga menolak menjamu Arema karena kedua tim Papua itu memilih bertanding di kompetisi Liga Super Indonesia (LSI). Alhasil, Persipura dan Persidafon menolak bertandang ke Stadion Gajayana di Kota Malang, masing-masing untuk pertandingan 3 dan 6 Desember 2011.
“Pertandingan pertama di Papua yang gagal itu tidak dihitung sehingga pertandingan pertama Arema melawan PSMS Medan yang dianggap sebagai pertandingan pertama Arema, dan karena itu pendaftaran pemain dilakukan persis sepekan sebelum laga dimulai,” kata sumber.
Arema menang 2-1 atas tim tamu PSMS di Stadion Gajayana pada Rabu, 14 Desember 2011. Berikutnya, masih di Stadion Gajayana, Arema sukses mengalahkan Persibo Bojonegoro 2-0 pada Minggu, 18 Desember 2011.
Selain berdasarkan manual, posisi tim Milo pun sangat kuat menurut regulasi induk organisasi sepak bola dunia, FIFA, dan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) tentang status dan transfer pemain. Intinya, tidak boleh ada pergantian pemain sebelum transfer window atau jeda kompetisi setelah putaran pertama. Pergantian pemain pun harus maksimal 30 persen dari total pemain yang didaftarkan ke federasi sepak bola setempat.
Dengan demikian, peluang tim asuhan Abdulrahman Gurning, yang notabene bekas asisten Milo, untuk melawan Persija pupus. Gurning menyeberang ke kubu Lucky Adrianda Zainal, pendiri Arema, setelah duet Muhamad Nur dan Siti Nurzanah meminta pemain memperbarui kontrak pada 2 Desember.
Menurut sumber, manajemen Arema yang kini dikendalikan Ancora kemungkinan besar akan meleburkan tim bentukan Milo dan Gurning seperti pertama kali diperkenalkan ke publik pada Rabu, 23 November 2011.
Kemungkinan itu paling realistis dilakukan karena tim bentukan Gurning belum merekrut pemain, kecuali delapan pemain dari tim asuhan Milo sehingga tak terlalu berisiko besar dari sisi hukum. Selain itu, secara faktual, tim asuhan Milo kini sudah diidolakan Aremania, suporter Arema. Mayoritas pemain asuhan Milo sudah jadi ikon maupun idola. Sebab, saat diperkuat mereka, Arema jadi kampiun LSI musim kompetisi 2009/2010 dan juara kedua LSI musim kompetisi 2010-2011.
Aremania pun sudah telanjur sangat menyukai Milo. Selain guyub dengan para pemain, Milo sangat ramah dan komunikatif dengan Aremania. Performa Along dan kawan-kawan pun meningkat dan menemukan bentuk aslinya di tangan Milo.
“Taruhannya besar sekali jika tim Milo dibubarkan. Taruhan terbesarnya adalah (Stadion) Gajayana bisa kosong jika tim Gurning yang dipertahankan,” kata sumber.
Sejumlah Aremania yang ditanya Tempo pun memastikan takkan hadir di Stadion Gajayana jika tim asuhan Gurning yang bermain. Sebaliknya, mereka mengecam ketidakbecusan manajemen mengelola tim. “Jangan sampai konflik internal mengorbankan para pemain. Komposisi tim Milo itu sudah ideal,” kata Arifin, Aremania dari Pakis.
Sang sumber pun berpendapat bahwa konflik internal di Arema LPI berpangkal dari keegoisan Ketua Yayasan Arema Muhamad Nur dan pendiri Arema, Lucky Adrianda Zainal. Kedua tokoh yang sejak awal berseteru saat kisruh PSSI di masa Nurdin Halid dan kemudian “berdamai setengah hati” ini sama-sama bergeming merasa paling benar.
Nur merasa paling berhak mengendalikan karena memiliki legalitas. Sedangkan Lucky merasa paling berhak mengelola karena ia pendiri. Nur merasa ditelikung saat Lucky menggandeng Ancora dengan bendera PT Arema Nusantara Persada. Sedangkan Ancora awalnya tak tahu jika Nur-lah pemilik legalitas paling sah dalam perseteruannya dengan kubu Rendra Kresna, Presiden Kehormatan Arema Indonesia versi LSI.
Sang sumber dan banyak Aremania berharap Nur dan Lucky benar-benar berdamai dan tak usah merasa paling benar atau paling berhak. Biarkan Ancora yang bekerja dan memutuskan.
ABDI PURMONO