TEMPO.CO, Gresik - Sekretaris Persegres Gresik United Hedri Febri mengaku tidak setuju terhadap rencana Kementerian Pemuda dan Olahraga membubarkan kompetisi Indonesia Soccer Championship pasca-kerusuhan antara suporter Persija Jakarta dan polisi di Stadion Gelora Bung Karno.
Kerusuhan terjadi pada Jumat pekan lalu, 24 Juni 2016, di Gelora Bung Karno, Jakarta. Saat itu sedang berlangsung pertandingan antara Persija Jakarta melawan Sriwijaya FC. Suporter Persija menyalakan flare yang direspons polisi dengan menembakkan gas air mata ke kerumunan suporter.
Menurut Hendri, jika kompetisi dibubarkan, klub sepak bola yang ikut kompetisi akan dibuat bingung. Salah satunya bagaimana klub akan mempertanggungjawabkan dana yang telah diberi oleh sponsor kepada klub. "Kami bisa kelimpungan memikirkan dana sponsor yang sudah diberikan," katanya.
Selain itu, pemberian gaji kepada pemain yang sudah terlanjur diberikan akan membuat rugi klub. Kontrak pemain yang awalnya sudah disepakati untuk satu kompetisi juga akan berubah. "Kami rugi besar sudah mengeluarkan uang untuk gaji pemain, malah kompetisi dibubarkan," kata Hendri.
Belum lagi, pembubaran kompetisi juga membuat klub tidak mendapatkan pemasukan tiket dari suporter. Menurut Hendri, suporter juga akan merasa marah dan kecewa jika kompetisi dihentikan. "Saya khawatir masyarakat tak lagi respek kepada sepak bola Indonesia," ucapnya.
Hendri berharap Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi mengkaji ulang kebijakan menghentikan kompetisi. Saat ini, menurut dia, klub sudah mulai nyaman untuk ikut kompetisi lagi. "Kami sudah mulai nyaman dan senang. Jangan gara-gara kerusuhan satu suporter, kompetisi dihentikan," ucapnya.
EDWIN FAJERIAL