Lalu, siapa yang benar? Hanya mereka yang tahu. Tapi, yang jelas, kegagalan membawa Coutinho membuat presiden klub, Josep Maria Bartomeu, dihujani kritik.
Media di Catalan, seperti Mundo Deportivo dan Sport, mengecam kegagalan klub mendapatkan pemain yang digadang-gadang menjadi pengganti Neymar itu. Mundo, dalam terbitannya pada Sabtu lalu, menurunkan kisah di balik kegagalan memboyong Coutinho.
Dalam artikelnya, Barcelona tidak mau menuruti kemauan Liverpool yang dikabarkan mematok harga Rp 2,5 triliun dengan opsi Coutinho bermain lebih dulu di Liverpool hingga Januari kelak dengan status pinjaman.
Bukan hanya itu, Mundo juga mengecam kegagalan Barcelona mendapatkan Angel Di Maria, yang dijual PSG dengan harga mencapai Rp 1,2 triliun. Tapi lagi-lagi mereka menolak membeli pemain Argentina itu.
Satu dari dua pemain itu semestinya benar-benar didatangkan bila klub serius mendatangkan pemain pengganti Neymar, seperti yang digembor-gemborkan klub sebelumnya.
Walhasil, dengan kegagalan mendatangkan dua pemain itu, media Catalan lainnya, Sport, menuliskan headline besar di halaman depannya di atas blok warna hitam dengan kalimat "Cero Fichajes" atau "Nihil Transfer". Mereka mengatakan masa depan Barcelona akan suram seperti blok hitam pada halaman depan koran itu.
Persoalan lain pun datang, yakni meluas ke masalah politik di klub tersebut. Dipastikan Josep Maria Bartomeu, Presiden Barcelona saat ini, akan berkeringat lebih banyak untuk menghadapi usaha-usaha pendongkelan jabatannya.
Serangan pun sudah datang. Salah satunya dari Agusti Benedito, yang pernah mencalonkan diri sebagai presiden klub. Menurut pengusaha berumur 53 tahun itu, dewan pengurus klub yang diketuai Bartomeu telah melakukan pekerjaan yang buruk. "Bartomeu harus mundur," katanya.
Barcelona merupakan klub yang dimiliki para pendukungnya. Presiden ditentukan melalui pemilihan umum. Benedito, yang maju pada 2010 dan 2015 dan selalu gagal, kini menyatakan akan menjaring dukungan untuk menyatakan ketidakpercayaan kepada Bartomeu.
Hal itu dimungkinkan dengan mekanisme yang diatur dalam peraturan klub. Benedito, yang didukung Joan Laporta, bekas Presiden Barca, dan tokoh lainnya seperti Toni Freixa, punya waktu dua pekan untuk mengumpulkan dukungan setidaknya dari 15 persen jumlah pendukung atau sekitar 16.500 orang yang memiliki suara. Andai usaha itu berhasil dilakukan, pemilihan presiden baru pun bisa digelar.
Bartomeu, 54 tahun, mulai duduk sebagai presiden klub setelah Sandro Rossel mundur akibat skandal pembelian Neymar pada 2014. Setahun kemudian, dia terpilih menjadi presiden dan akan berakhir masa kepemimpinannya pada 2021.
Namun, selama memegang posisi puncak itu, Bartomeu penuh dengan kritik. Salah satunya, dia dianggap enggan mengembangkan pemain muda hasil tempaan Akademi La Masia.
Kini serangan semakin bertubi. Kepergian Neymar pun kini dianggap salah satu boroknya. Kegagalan Barcelona memboyong Coutinho serta Lionel Messi yang hingga kini belum juga meneken perpanjangan kontrak bisa jadi bahan empuk lawan-lawannya.
DAILYMAIL | BBC | IRFAN BUDIMAN