TEMPO.CO, Jakarta - Di Stadion Nasional, Cardiff, Wales, dinihari nanti, Zinedine Zidane akan mendapat penghormatan yang tinggi dari kawan ataupun lawan dalam pertandingan babak final Liga Champions Eropa.
Zidane akan memimpin Real Madrid sebagai manajer menghadapi Juventus. Tapi pria yang hidup tenang semasa bermain membela Juventus di Seri A Italia 1996-2001 itu tetap dihormati sampai sekarang di kalangan pengurus, pemain, dan mantan pemain Juventus.
Baca: Final Liga Champions, Zidane Terinspirasi Film 300
“Ia selalu terlibat dengan siapa saja karena ingin menolong setiap rekannya dalam tim. Padahal, ia mampu bermain sendiri secara menakjubkan,” kata mantan penyerang Juventus, Alessandro Del Piero.
“Saya tidak mengharapkannya menjadi manajer. Tapi hal itu bisa diprediksi, mengingat ia selalu bisa membaca jalannya pertandingan. Itulah mengapa ia selalu mengambil keputusan yang terbaik sebagai manajer dan telah memenangi banyak trofi,” Del Piero menuturkan.
Baca: Final Liga Champions: Analisa Pertahanan Juventus dan Real Madrid
Ketika Juventus merekrut Zidane dari klub Liga 1 Prancis, Bordeaux, pada 1996, klub berjulukan Nyonya Tua itu baru saja merebut gelar juara European Cup atau Liga Champions untuk kedua kalinya setelah 1985.
Juventus berharap Zidane, yang waktu itu bermain sebagai gelandang pengatur irama permainan atau playmaker, bisa menambah koleksi trofi mereka di Liga Champions. Tapi hal itu tak pernah terjadi.
Baca: Final Liga Champions: Adu Taktik Max Allegri vs Zinedine Zidane
Juventus kalah dua kali pada babak final semasa diperkuat Zidane. Pada 1997, mereka kalah 1-3 melawan Borussia Dortmund dari Jerman. Tahun berikutnya, mereka ditekuk 0-1 oleh Madrid.
Adapun sukses bintang sepak bola Prancis berdarah Aljazair ini di Liga Champions baru terjadi ketika ia membela Madrid pada 2002. “Momen seperti itu berat dan menyedihkan. Tapi itu menjadi bagian hidup dari setiap pemain sepak bola. Saya hanya bergembira bisa memenanginya bersama Madrid,” kata Zidane mengenang kiprahnya sebagai pemain di Juventus dan Madrid.
Baca: Final Liga Champions: 3 Cara Real Madrid Jebol Gawang Juventus
Dua pekan lalu, sebagai manajer, Zidane membawa Madrid menjuarai La Liga Spanyol untuk pertama kalinya sejak 2012. Dinihari nanti, ia berpeluang besar menjadi manajer tim pertama yang bisa mempertahankan gelar juara antarklub Eropa sejak Arrigo Sacchi melakukannya pada 1990.
Baru menjadi manajer tim Madrid senior pada 2016, setelah sebelumnya melatih tim junior klub ini, Zidane hanya butuh waktu 16 bulan untuk mencapai prestasi luar biasa. Pria berusia 44 tahun ini mungkin bukan pelatih dengan visi sekaliber Pep Guardiola atau secanggih Jose Mourinho dalam meramu taktik.
Baca: 5 Kunci Juventus untuk Tumpas Real Madrid di Final Liga Champions
Tapi Zidane tampak sebagai manajer yang paling tepat buat Madrid. Seperti kata Del Piero, Zidane pandai membaca situasi dan itu juga dilakukan ketika berada di ruang kamar ganti pemain.
“Saya punya 24 pemain. Mereka harus tetap senang dan bekerja keras. Saya akan melihat setelah itu, apa yang dipikirkan pemain. Bagaimana kami bisa memperbaiki kesalahan,” Zidane. “Mengatur sebuah grup adalah tidak mudah, tapi itulah pekerjaan yang saya sukai.”
Zidane secara konsisten melakukan rotasi pemain. Ini hal yang mengandung risiko, terutama ketika bersaing dengan Barcelona di La Liga. Tapi ia bisa tetap membuat semua pemainnya memiliki motivasi bermain yang sama.
Baca: Final Liga Champions: Ini Prediksi Thierry Henry, Xavi, Del Piero
Hal itulah yang membuat Zidane bisa membuat sang primadona, Cristiano Ronaldo, mampu tampil hebat musim ini. Bintang pemain Portugal tersebut bermain paling sedikit dalam La Liga sejak musim 2009/2010.
Tapi, dengan banyak mengistirahatkan Ronaldo, Zidane membuat penyerang andalan ini tampil lebih segar sehingga bisa mencetak 14 gol dalam sembilan penampilan terakhirnya di semua kompetisi. Ia juga akan jadi andalan Real Madrid mencetak gol dalam final Liga Champions, dinihari nanti.
SKY SPORTS | TIMES INDIA | ESPN SOCCERNET | PRASETYO