TEMPO.CO, Jakarta - Pep Guardiola dikenal sebagai pelatih perfeksionis. Tapi, ia adalah manusia. Demikian juga para pemainnya. Selalu ada celah-celah kelemahan dan keterbatasan.
Selepas dari Barcelona, ia tak kunjung bisa lagi membawa timnya meraih sukses ganda, yaitu juara liga domestik dan Eropa. Dan, kini di Manchester City, Guardiola mulai menemukan tantangan terberatnya.
Pemicunya adalah hasil 2-2 Manchester City di kandang Newcastle United, Stadion Jame’s Park, Newcastle, pada pekan ke-14 Liga Primer Inggris, Sabtu, 31 November 2019.
Hasil itu membuat Manchester City sebagai juara bertahan tercecer 11 poin di belakang Liverpool yang berada di puncak klasemen. City akan melorot ke peringkat ketiga lagi kalau Leicester City mengalahkan Everton malam ini.
Setelah dua kali beruntun membawa Manchester City menjuarai Liga Primer Inggris –tapi, belum kesampaian memenangi Liga Champions-, Pep Guardiola mulai kewalahan berpacu dengan Liverpool.
Musim lalu, Liverpool memang memepet Manchester City dengan sangat ketat sehingga ketika finis mereka hanya dibedakan satu poin, 98-97.
Sekarang mantan manajer Borussia Dortmund, Jurgen Kloop, mampu melakukan tancap gas pada awal musim ini dengan dukungan pemain-pemain teras yang sama, Alisson, Virgil van Dijk, Fabinho, Jordan Henderson, Sadio Mane, Roberti Firmino, Mohamed Salah, dan kawan-kawan.
Sebaliknya Pep Guardiola dengan dukungan pemain musim lalu seperti Raheem Sterling, Sergio Aguero, David Silva, Benyamin Mendy, plus Riyah Mahrez sudah tersendat selepas start. Kehilangan penyerang sayap Leroy Sane dan bek tengah Aymeric Laporte karena cedera semakin mengurangi soliditas City.
“Peluang masih terbuka. Kami akan bertarung sampai hari terakhir,” kata bek tengah Manchester City dan tim nasional Inggris, John Stones.
Sedangkan Pep Guardiola mengatakan, “Kami harus menang dan menang. Dan, ketika anda tidak menang, keadaan menjadi sulit.”
Pep Guardiola membawa mazhab Barcelona ke dalam Manchester City bahwa bermain sepak bola adalah tampil positif dengan menyerang untuk mendominasi penguasaan bola dan menang.
Pep Guardiola meminta rumput lapangan latihan dengan standar ketebalan dan ketinggian tertentu untuk mendukung perfoma timnya. Ia juga mengintrodusir tiki-taka yang lebih cepat begitu memasuki daerah pertahanan lawan di Manchester City.
Tapi, tampaknya, Pep Guardiola butuh tambahan pemain dalam bursa transfer musim dingin pada Januari 2019 untuk mengembalikan tingkat kesempurnaan Manchester City yang diinginkannya itu. Sebab, dengan skuad sekarang, Citizenz mulai kewalahan.