TEMPO.CO, Jakarta - Aston Villa bergabung dengan Brighton & Holve Albion dan West Ham United yang menentang rencana kelanjutan divisi tertinggi Liga Inggris 2019-2020 berlangsung di sejumlah stadion netral.
“Di bagian bawah tabel klasemen terdapat basis pendapatan yang jauh lebih kecil. Tetapi, risiko degradasi mungkin adalah bencana 200 juta pound sterling (setara Rp 3,74 triliun) bagi klub mana pun, yang secara matematis masih bisa turun,” kata Christian Purslow, Chief Executive Aston Villa, kepada TalkSport.
“Ketika anda mengatakan kepada klub mana pun, 'Kami ingin anda menyetujui sekelompok perubahan aturan yang mungkin membuat anda terdegradasi', mereka tidak memikirkan uang TV, mereka berpikir: 'Ya ampun, Apakah saya akan menyetujui sesuatu yang menyebabkan saya terdegradasi dan kehilangan 200 juta pound? ''
Mengatasi rencana lanjutan Liga Primer Inggris berlangsung di tempat netral, Purslow mengatakan, "Secara pribadi saya menentangnya. Kami adalah klub yang membanggakan diri dengan tampil di kandang. Dua pertiga dari kemenangan kami musim ini datang di kandang (lima dari tujuh).”
“Kami memiliki enam pertandingan kandang yang tersisa untuk dimainkan dan saya pikir setiap penggemar Villa akan setuju bahwa menyerahkan keunggulan itu adalah keputusan besar bagi seseorang yang menjalankan Aston Villa dan saya pasti tidak akan menyetujuinya kecuali keadaan itu benar, " Purslow melanjutkan.
Padahal di BBC, Ketua Eksekutif Asosiasi Manajer Liga Inggris, Richard Bevan, mengatakan Liga Primer Inggris 2019-20 bisa dibatalkan jika lebih dari 14 di antara 20 klub anggotanya tidak setuju bermain di tempat netral.