TEMPO.CO, Jakarta - Awalnya Cristiano Ronaldo senang melihat langkah Manchester United segera mengikat Erik ten Hag sebagai pelatih baru. Penunjukkan tersebut terjadi sebelum Liga Belanda dan Liga Inggris berakhir.
Ronaldo mengaku senang oleh penunjukan pelatih asal Belanda yang sukses membawa Ajax Amsterdam itu sekalipun di level Eropa tak berakhir dengan trofi. "Saya tahu dia sudah menuntaskan kerja fantastis untuk Ajax dan bahwa dia pelatih yang berpengalaman, tapi kita mesti memberi waktu kepada dia."
Kalimat itu diucapkan Ronaldo 3 Juni silam ketika bursa transfer musim panas belum dibuka. Saat itu, peraih lima Ballon d'Or tersebut sudah tahu Setan Merah tidak akan berpartisipasi di Liga Champions musim depan.
Sepuluh hari kemudian, pada 13 Juni, Liverpool membajak Darwin Nunez dari Benfica. Manchester United menjadi tim yang lebih dulu mendekati pemain Uruguay itu.
Jauh sebelum itu pada 10 Mei ketika Liga Premier musim 2021-2022 belum menutup tirainya, gerakan Manchester City malah lebih cepat. Mereka mengumumkan Erling Haaland akan menjadi pemain mereka. Tiga hari setelah Liverpool membeli Nunez, City merampungkan transfer Haaland yang juga bidikan United.
Pendukung MU marah dan kecewa. Mereka merasa manajemen klub kesayangannya lamban bergerak di bursa transfer. Rupanya bukan pendukung saja yang kesal, Cristiano Ronaldo pun sama kesal dan marahnya.
Manchester United baru memperoleh rekrutmen pertama musim panas ini dengan mengontrak Tyrell Malacia dari Feyenoord. Ia mendapat kontrak sampai Juni 2026 dengan nilai Rp264 miliar. Kegelisahan kapten timnas Portugal itu tak berkurang.
Dia tetap kecewa oleh berlarut-larutnya kisah transfer gelandang Barcelona Frenkie de Jong yang mantan anak buah Erik ten Hag sewaktu masih bermain bersama Ajax. Superstar sepak bola dunia ini membayangkan apa jadinya Manchester United jika tak segera memperkuat diri.
Dia gelisah karena finis urutan keenam yang terburuk dalam beberapa dekade terakhir, ternyata tak membuat pembesar klub bergerak cepat merombak skuad. Ronado pun menjadi makin sadar bahwa klubnya tak lagi memiliki ambisi besar. Dia sudah melihat hal itu musim lalu yang membuatnya tak mendapatkan pencapaian apa-apa dari skuadnya.
Ia tak melihat keuntungan apapun jika bertahan di Manchester United. Padahal, Ronaldo masih lapar Ballon d'Or, masih ingin mencetak gol sebanyak mungkin, masih bernafsu berada di puncak kompetisi, dan masih berhasrat tinggi membuat rekor.
Absen di Liga Champions
Ronaldo sendiri bukan pemain yang hanya bisa menggerutu. Walaupun gerakannya tidak secepat dulu dan menjadi pemain depan paling pasif di Liga Inggris dalam membantu pertahanan timnya, sumbangsih gol dari dia tak pernah surut.
Bahkan ketika timnya mencatat hasil terburuk sepanjang masa saat finis urutan keenam pada musim 2021-22 dengan hanya menang 16 kali, kebobolan 57 gol dan hanya bisa mengumpulkan 58 poin, Ronaldo tetap produktif. Tidak saja dibandingkan dengan semua pemain MU tetapi juga dibandingkan dengan kebanyakan striker yang bermain di Liga Primer Inggris.