TEMPO.CO, Jakarta - Pelatih tim nasional U-21, Widodo Cahyono Putro mengakui tim asuhannya masih lemah dalam transisi permainan. Baik saat bertahan ke menyerang, atau sebaliknya sehingga peluang menciptakan gol tidak banyak saat mendapat kesempatan. Para pemain, menurut Widodo, masih terpaku melihat bola dan mengabaikan pergerakan pemain lawan.
"Walhasil, saat bertahan ke menyerang ada lubang di tengah. Gelandang terlambat membantu. Selain itu, para pemain juga terlalu mudah ditekan lawan dan sering kehilangan posisi di lapangan," ujar Widodo seusai pertandingan di Gelora Bung Karno, Jumat malam, 10 Februari 2012.
Meskipun kalah, Widodo bersyukur tim asuhannya mendapat lawan tangguh seperti Hyundai Mipo. Dengan pertandingan lawan Hyundai, terang Widodo, ia semakin menemukan kelemahan timnya. "Pertandingan bagus bagi Indonesia karena dari awal tim tidak pernah uji coba dengan tim kualitas di atasnya. Banyak yang harus dievaluasi, saya senang dengan perjuangan mereka," ujar dia.
Pertandingan melawan tim asing yang digelar di stadion dengan banyak penonton akan berdampak bagus kepada mental para pemain. Selama ini, kata mantan pelatih Persela Lamongan itu, pemainnya tidak terbiasa bermain di bawah tekanan penonton.
Hal sama diungkapkan salah seorang pemain timnas U-21, Nurmufil Fastabiqul. Pertandingan melawan tim asal luar negeri, kata Fasta, memberi pengalaman berharga. "Maaf tidak bisa menang. Akan banyak evaluasi setalah pertandingan ini. Tadi saya pribadi awalnya sempat grogi," kata Fasta.
Sementara itu, pelatih Hyundai, Cho Min Kook mengatakan, timnas U-21 memiliki kelemahan mendasar dalam teknik sepakbola seperti passing dan posisi. Timnas U-21, kata Cho, seharusnya bisa mengoptimalkan permainan pendek dari kaki ke kaki sehingga bisa mengoptimalkan potensi Andik Virmansyah.
"Dibandingin dengan dulu, timnas Indonesia sekarang tidak memiliki dasar skil yang bagus. Saya menyayangkan itu," kata Cho.
ARIE FIRDAUS