TEMPO.CO, Jakarta - Kiper Persela di Liga 1 2017, Choirul Huda, layak disebut sebagai legenda sepak bola Lamongan. Pria berperawakan tinggi besar tersebut lahir di kota itu, membela Persela tanpa pernah pindah klub, hingga meninggal di lapangan Stadion Surajaya, yang merupakan kandang Persela.
Choirul lahir di Lamongan pada 2 Juni 1979. Dia bergabung di Persela sejak 1999, dan tidak pernah berpindah klub. Choirul bukan tidak pernah ditawari untuk pindah. Namun dia selalu menampik tawaran dari klub lain, karena baginya Persela adalah hidup-mati. Di luar sepak bola, dia adalah pegawai negeri di pemerintah daerah Lamongan.
Baca: Ini Video Insiden yang Membuat Choirul Huda Meninggal
Meski tercatat sebagai pemain yang paling senior di Persela, Choirul tidak pernah mau disebut sebagai legenda sepak bola Lamongan.
"Masih banyak pemain lain yang lebih pantas disebut legenda," kata Choirul memberikan alasan.
Selama kompetisi Liga 1, Choirul sudah bermain selama 2.029 menit untuk Persela, hingga dia cedera dan digantikan di menit-45 dalam laga kontra Semen Padang, Minggu, 15 Oktober 2017, yang ternyata menjadi pertandingan pamungkasnya sebagai pemain sepak bola.
Baca: Choirul Huda, Sang Loyalis Sejati Itu Kini Telah Pergi
Jumlah 2.029 menit itu sama dengan 24 kali pertandingan. Dari 29 laga Persela, Choirul hanya 5 kali absen. Dan dari 24 kali tampil, 21 kali dia tampil penuh 90 menit.
Laga terakhirnya pada Minggu sore itu, merupakan penampilan ke-482 Choirul bagi Persela.
Choirul juga pernah menjadi kiper timnas Indonesia pada 2014-2015, meski lebih banyak menjadi cadangan.
Choirul Huda yang memiliki postur 183 sentimeter itu meninggal pada Minggu sore, 15 Oktober, setelah mengalami cedera akibat bertabrakan dengan rekan setimnya, Ramon Rodrigues, saat laga Liga 1 melawan Semen Padang.
SOCCERWAY | ARIANDONO