TEMPO.CO, Jakarta - Rangkaian pertandingan babak semifinal Piala Presiden 2019 yang dimulai di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, malam ini, Selasa 2 April, adalah pestanya para suporter sepak bola nasional.
Komunitas suporter bisa tumbuh sangat subur dalam persepakbolaan nasional saat ini berkat warisan fanastime pendukung peserta Kompetisi Perserikatan PSSI sejak era 1930-an.
Di sebagian wilayah, tim-tim eks Perserikatan masih memiliki basis pendukung suporter yang sangat kuat sampai saat ini. Karena itu, mereka bisa bertahan hidup, secara finansial maupun prestasi.
Dalam rangkaian pertandingan babak semifinal kandang dan tandang Piala Presiden 2019 ini terdapat Persebaya Surabaya yang menjadi wakil dari warisan kekuatan magis tim-tim Perserikatan itu.
Suporter klub sepakbola Persija Jakarta mengikuti konvoi Penyerahan Piala Gojek Traveloka Liga 1 di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Sabtu 15 Desember 2018. Konvoi tersebut untuk merayakan kemenangan Persija Jakarta sebagai juara Liga 1. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Di luar semifinal Piala Presiden 2019, ada dua tim legendaris Perserikatan lainnya, yaitu Persija Jakarta dan PSM Makassar yang sedang berjuang membawa nama Indonesia pada fase babak penyisihan grup Piala Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC).
Hari ini, Selasa 2 April 2019, PSM Makassar akan menjamu tim dari Filipina pada lanjutan penyisihan Piala AFC di Stadion Pakansari, Bogor.
Persija dan PSM bisa tampil dalam Piala AFC musim ini, karena keduanya menjadi juara dan runner-up Liga 1 musim lalu, jenjang kompetisi tertinggi dalam struktur pembinaan sepak bola Indonesia dan bersifat profesional. Persija punya suporter Jakmania yang semakin membesar dan terorganisir. Demikian juga PSM, ada The Macz dan Laskar Ayam Jantan.
Selain PSM dan Persija, ada legenda Perserikatan yang memiliki basis massa yang begitu superior, yakni Persib Bandung. Bertahun-tahun, mereka berhasil memelihara opini bahwa Maung Bandung adalah satu-satunya tim kebanggaan masyarakat Jawa Barat. Karena itu, Bobotoh menguasai Jabar.
Sejumlah Bobotoh atau pendukung Persib Bandung melakukan aksi unjuk rasa di depan Gedung Sate, Bandung, Sabtu, 13 Oktober 2018. ANTARA/Novrian Arbi
Tapi, ada juga legenda Perserikatan yang sedang karam seperti PSMS Medan, yang terdegradasi ke Liga 2 musim ini. Selain itu ada tim perserikatan lain yang pamornya tidak sebesar Persija, PSM, Persib, dan PSMS, tapi ikut tiarap juga sejak lama, antara lain Persema Malang.
Di Malang dan sekitarnya yang dominan sejak lama di hati para suporter sepak bola adalah Arema FC. Klub yang dibangun almarhum Acub Zaenal ini berdiri pada era kompetisi semipro pertama di Indonesia, Galatama periode 1980-an.
Militansi plus sejumlah prestasi yang dibangun pendukung dan pengelolanya menyebabkan Arema FC bisa terus hidup dan menciptakan Aremania, kelompok suporter yang kemudian berkembang menjadi satu identitas kultur yang khas.
Bonek sebutan suporter Persebaya melakukan parade "Bela Persebaya" dengan berjalan kaki dari Tugu Pahlawan menuju Balai Kota Surabaya, 26 Desember 2016. Parade itu dilakukan untuk mendukung Persebaya agar diizinkan bermain di Liga Indonesia oleh PSSI. Tempo/Edwin Fajerial
Bersama suporter Bonek yang juga legendaris itu, bisa dibayangkan jika sampai Arema FC dan Persebaya Surabaya bertemu pada final Piala Presiden 2019.
Tapi, Madura United sedang tumbuh menjadi menuju klub sepak bola profesional yang ideal. Mereka kini disebut Real Madrid-nya Indonesia karena berhasil mengumpulkan sejumlah bintang, Andik Vermansyah dan kawan-kawan, menyongsong Liga 1 2019.
Madura adalah pulau tersendiri dan menyediakan peluang menciptakan identitas suporter tersendiri dengan keberadaan Madura United. Sebelum kehadiran MU, suporter sepak bola di Madura hanya bagian pinggiran dari pendukung Persebaya, Persekabpas Pasuruan, atau Arema FC di Jawa Timur. Jalan menuju klub seperti Madura United itu kini sedang dirintis Kalteng Putra yang baru meraih tiket promosi ke Liga 1 tahun ini.