TEMPO.CO, Jakarta - Teriakan, “Pajong peng, pajoh peng,” mendadak menggema di Stadion H. Dimuthala, Banda Aceh. Kata yang secara harfiah berarti makan uang, terdengar pada pertengahan babak kedua, saat laga Liga 2 antara tuan rumah Persiraja Banda Aceh dan PSCS Cilacap pada Senin malam, 7 Oktober 2019.
Saat teriakan terdengar, skor masih imbang 1-1 setelah gol Persiraja yang dicetak Ahsanur Rijal pada akhir babak pertama mampu disamakan oleh Arief Yulianto pada menit ke-55.
Laga babak kedua pun praktis dikuasai tim tamu. Hal ini berbeda dengan kondisi babak pertama saat anak asuh Hendri Susilo menguasai pertandingan.
Sebahagian penonton kemudian menyangka bahwa ada upaya ‘memberi’ angka bagi tim tamu yang membutuhkan poin untuk menjaga asa lolos ke babak delapan besar Liga 2.
Sedangkan Persiraja laga malam itu tidak lagi berpengaruh besar. Kekalahan PSMS Medan beberapa jam sebelum pertadingan mereka sudah memastikan satu tempat bagi Persiraja pada 8 besar Liga 2.
Secara statistik dan gengsi, kepentingan terbesar Persiraja dalam laga melawan PSCS hanya meneguhkan keangkeran Stadion H. Dimurthala bagi tim tamu yang hadir. Setiap tim yang datang ke Banda Aceh selama gelaran Liga 2 musim 2019 selalu mengalami kekalahan.
Persiraja juga tidak terkalahkan di kandang dalam Liga 2 2018. Dari 14 kali bermain di kandang (termasuk babak 8 besar), Persiraja hanya dua kali tertahan imbang saat menjamu Cilegon United dan Persik Kendal.
Berbagai fakta di atas membuat para pendukung setia Persiraja menaruh curiga laga kemarin malam ‘dijual’.
Dugaan yang kemudian terbantahkan melalui gol penentu kemenangan Persiraja yang diciptakan pemain pengganti, Eriyanto, menjelang laga usai. Persiraja pun meneruskan catatan impresif sebagai satu-satu kontestan Liga 2 yang selalu menang di kandang.
Seusai laga, Presiden Persiraja, Nazaruddin, ikut memberi penegasan kepada para penonton yang hadir. Menggunakan bahasa daerah, Nazaruddin menegaskan tidak akan mengorbankan kehormatan tim demi suatu tindakan tidak terpuji. “Ke peu teuh peng gob, meu peng droe teuh gohlom habeh ta pajoh (Untuk apa uang orang, uang kita sendiri saja masih belum habis,” ungkap pria yang akrab disapa Dek Gam di tengah lapangan.
Senada dengan Nazaruddin, pelatih Persiraja, Hendri Susilo, menyebut jika tidak ada praktik non-fairplay yang terjadi dalam laga melawan PSCS.
Permainan yang menurun pada babak kedua murni karena performa pemain sedikit mengendur. Para pemain disebutnya mengalami kelelahan selama menjalani pertandingan berat selama ini.
Meski demikian, Hendri mencoba memahami suara yang diletupkan oleh penonton yang hadir. Sambil dirinya memastikan mereka akan tetap bermain serius, apapun hasil yang sudah didapat Persiraja saat ini.
“Saya juga kecewa (teriakan penonton). Saya pelatih di Liga Indonesia. Saya bukan idealis, tapi saya bukan tipe seperti itu (menjual pertandingan). Tapi, saya memaafkan penonton, itu menjadi motivasi ke depan. Kita berharap Persiraja bisa bersaing di 8 besar Liga 2 nanti,” tegas Hendri.
IIL ASKAR MONDZA