TEMPO.CO, Jakarta - Klub Liga Prima Indonesia (Indonesian Premier League atau IPL), Bontang FC, siap menerima konsekuensi terburuk dari keputusannya mengundurkan diri dari putaran kedua IPL. Menurut Direktur Operasional Bontang FC, Arief Budi, pihaknya sudah berhitung sebelum mengambil keputusan ini.
"Kami sudah mempelajari betul dampak dari keputusan ini," kata Arief kepada Tempo ketika dihubungi, Rabu, 28 Agustus 2013. "Kalau selalu takut dihukum, kami tidak akan bisa menyuarakan keinginan untuk perbaikan liga."
Arief mengatakan, dirinya telah mengirimkan surat elektronik kepada PT Liga Prima Sportindo (PT LPIS, operator IPL) sebagai pemberitahuan awal pengunduran diri Bontang FC, Senin malam lalu. "Kami sedang menyiapkan draf surat resmi dan akan segera kami kirimkan," kata dia.
Terpisah, Direktur Pelaksana PT LPIS, Didied Poernawan Affandi, mengatakan ada beberapa kemungkinan akibat dari keputusan Bontang FC. "Misalnya, didegradasi dari kasta tertinggi dan dicabut keanggotannya dari PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia)," kata Didied. Namun, ini adalah wilayah Komisi Disiplin PSSI.
Ketua Komisi Disiplin PSSI, Hinca Pandjaitan, mengatakan baru mendengar informasi rencana mundurnya Bontang FC dari putaran kedua IPL. Akan saya cek dulu. "Yang jelas, ini memang wilayah Komisi Disiplin," ujarnya.
Mundurnya Bontang FC merupakan salah satu wujud keengganan klub-klub IPL menjalani putaran kedua IPL. Diakui Didied, klub enggan menjalani putaran kedua karena masa depan mereka tidak jelas. Berdasarkan keputusan Kongres Luar Biasa PSSI 17 Maret lalu, hanya empat dari 16 klub IPL yang boleh mengikuti liga unifikasi tahun depan.
"Kalau arahnya tidak jelas, untuk apa kita bertanding?" tanya Arief. Ia berharap rencana kemunduran ini membuat PSSI kembali berpikir mengenai nasib klub-klub IPL. "Semangat kami adalah membangun liga, supaya arah jelas. Kami juga berharap PT LPIS lebih aktif memperjuangkan nasib IPL di PSSI. "
GADI MAKITAN
